18. Kesalah pahaman

1.2K 125 60
                                    

...
Jika memang rindu itu berat, lalu untuk apa adanya pertemuan yang akan menjadi perpisahan.
...

Vino memetikan jarinya di dawai gitar kesayangannya. Tangannya menciptakan suara manis dari alat musik itu membuat siapa pun yang mendengarnya pasti akan terpikat. Hari-hari terasa sepi tanpa Katrina, Vino harus menahan beberapa hari lagi untuk bertemu dengan Katrina, atas dasar rencana yang Reina susun.

...

"Bulan,"

"Hm?"

"Bagaimana aku harus mengikhlaskan semuanya?"

"Berawal dari niat, Mentari."

"Maksudmu?"

"Rasa ikhlas itu dari dirimu sendiri, rasa ikhlas juga bukan dari paksaan."

"Ajari aku, Bulan."

...

Vino menutup matanya dengan rapat merasakan gemuruh di dadanya. Entah sampai kapan masa kecilnya dan Katrina, membuat dirinya merasa sangat bersalah. Vino menyesal tidak dapat menjaga Katrina dengan baik. Ditambah lagi, cuplikan masa lalunya dengan seseorang yang telah lama meninggalkannya kembali berputar.

...

"Mama, Vino mau, Mama genggam erat tangan Vino selalu."

Wanita yang kini di depan Vino kecil tersenyum mendengar kata manis anaknya.

"Kenapa sayang?"

"Vino sangat sayang sama mama. Vino gak mau kalau mama lepasin tangan Vino, Vino akan sendiri. Dan berarti mama juga udah gak sayang Vino."

"Kenapa begitu?"

"Kalau mama lepasin Vino, berarti mama juga gak mau ninggalin Vino."

"Gak sayang, mama gak akan ninggalin Vino karena mama juga sayang banget sama Vino."

"Beneran?"

"Iya sayang..."

...

Vino semakin merasakan sesak di dadanya. Seolah pasokan oksigen di bumi semakin menipis, pemuda itu merasa sangat kesulitan bernapas. Banyak yang Vino rindukan dari masa lalunya, apalagi dua sosok yang sangat ingin Vino peluk saat ini. Entah sejak kapan, Vino mulai membenci dua hal, yaitu pertemuan dan perpisahan. Satu hal yang kini membuat dirinya merasakan beratnya rindu. Merasakan sakitnya jarak yang dulu pernah dekat bahkan sedekat nadi. Kini rindu kepada dua insan yang berbeda dimensi menyiksa dirinya.

Pemuda berdarah Kanada itu menaruh gitarnya di tempat semula. Tangannya seolah tidak lagi ingin memetik dawai dan menari di atasnya.

Almameter sekolah Vino masih melekat manis, kancing bagian atas sengaja Vino buka dan menampilkan baju tipis berwarna putih. Vino pikir menghabiskan waktu di studio rumahnya yang cukup luas itu akan dapat mengalihkan Katrina di dalam pikirannya, namun itu nihil Katrina masih saja duduk manis dan tidak ingin beranjak dari sana.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang