28. Hujan dan Si Pencuri Hati

1.1K 111 76
                                    

...
Cukup pererat tautan jari-jari itu dan saling percaya satu sama lain. Maka, akan membangun sebuah dinding yang menjulang tinggi bagai benteng pelindung sebuah ikatan dua hati.
...

Vino tak merasakan telapak tangan yang halus menyentuh punggungnya. Hingga satu menit dan pelukan itu usai, tetapi Katrina hanya diam. Vino tak mengenal Katrina yang seperti ini, Katrina yang Vino kenal adalah Katrina yang penuh dengan candaan dan tawa bagai sinar mentari pagi yang begitu hangat. Pemuda berdarah Kanada itu pun mengangkat dagu Katrina perlahan.

"Mentari..." panggil Vino sangat lembut.

Katrina mulai berani menatap Vino, mata teduh itu sungguh membuat Katrina tak tega untuk mengurangi kepercayaannya. Harusnya Katrina percaya kepada Vino dan bertanya kepada Vino, apa memang itu benar adanya?

"Mengapa sinarmu redup?"
"Bukankah kamu telah berjanji untuk selalu tersenyum dan tertawa, saat tugas Bulan di malam hari telah usai?"

Manik mata Vino benar-benar menusuk tatapan Katrina dan menyentuh palung hatinya. Kini Katrina semakin memantapkan hatinya dan perlahan perisai kepercayaan untuk melindungi hubungan mereka, seolah kembali memulih.

Katrina menghela napas perlahan, "Maaf Bulan, Mentari terlalu lemah untuk itu..."

Vino pun tersenyum seraya menggenggam tangan Katrina lalu berkata, "Bulan sendiri tahu dan percaya, jika Mentari adalah yang terkuat daripada apapun. Maka dari itu, genggam selalu tangan Bulan. Dan kembalilah tersenyum, Mentari yang Bulan kenal adalah Mentari yang kuat dan selalu memancarkan sinar kehangatan."

Saat itu juga, Katrina tak dapat menahan lengkungan di bibirnya terulas. Ucapan Vino kembali membangun dinding kepercayaannya, Vino adalah Bulan yang masih sama.

🌌🌌🌌

Awan gelap menggantung lelah di cakrawala disusul cahaya kilat yang menyakitkan mata dan memanggil auman langit seolah dapat menulikan telinga. Mungkin alam telah penat menahan beban bulir-bulir air, sehingga kini rintik air itu perlahan membasahi permukaan bumi. Rinai hujan semakin berganti derai yang memecah suasana, air yang menyentuh tanah berlompatan, membentuk riak-riak indah, dan berakhir menjadi genangan.

Genangan berkecipak kala kaki Katrina berlari dan menembus hujan. Gadis bername tag Katrina Claudy Altha itu tertawa dan terus berlari kala Vino mengejarnya dan menyuruh kekasihnya itu agar berhenti membiarkan tubuhnya diguyur dengan air alam.

"Kat... please, nanti lo sakit," kata Vino sudah lelah mengejar Katrina.

Katrina tersenyum seraya menghentikan kakinya, lalu langkahnya berbalik ke arah Vino. Gadis itu menghampiri Vino sembari mengukirkan senyum termanisnya. Ketika jarak antara dirinya dan Vino semakin dekat, senyum Katrina semakin mengembang seakan adonan ditaburi baking powder dan begitu manis seakan permen lolipop.

Katrina pun menatap Vino yang sedang meluruskan tangannya dan telapak tangannya bertumpu di lutut, karena penat mengejar tubuh kecil Katrina yang begitu lincah. Katrina menyejajarkan wajahnya dengan wajah Vino, dia pun menyentuh ujung hidung Vino.

"Vin... gue gak pa-pa. Lo gak perlu se-khawatir itu. Lo kan yang bilang gue harus kuat? Mentari gak boleh lemah kan? Sekarang... gue mau menikmati anugerah Tuhan, karena..." Katrina menggantung ucapannya lalu membenarkan rambut Vino yang berantakan dan basah sehingga terlihat lebih tampan.

"Karena... dengan lo menghindar dari hujan. Berarti lo sama aja menghindar dari nikmat Tuhan."

Katrina kembali menegakkan tubuhnya dan membalikkan badannya. Namun, dengan tanggap, telapak tangan Vino melingkar di pergelangan tangan Katrina.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang