6. Untaian Rasa

2.8K 206 72
                                    

...
Awal dari kisah adalah untaian rasa yang tidak bersalah dan datang tanpa permisi kepada pemilik hati.
...

Katrina terbaring lemah ditemani jarum infus yang setia menempel di tangannya. Sejak kejadian semalam, gadis berparas cantik yang selalu ceria dan tawa yang tidak pernah lepas itu belum sadar.

Zafran menatapnya Katrina pilu, tangannya mengusap puncak kepala gadis itu dengan lembut. Pria berumur 20 tahun yang mengenakan jas dokter itu berharap adiknya lekas sembuh kembali.

Zafran berfikir bahwa Katrina seharusnya tidak pantas menerima semua ini, karena Katrina tidak tahu penyebab semua ini terjadi. Dari awal Viola, mamanya, tidak menerima kehadiran gadis itu hingga membenci gadis itu.

Setelah bergulat dengan pikiran, Zafran beranjak meninggalkan Katrina yang berwajah pucat dan terbaring lemah.

🌌🌌🌌

Di tempat lain, suasana kantin begitu ramai namun membosankan bagi sahabat-sahabat Katrina yang memikirkan gadis itu. Mereka tidak tahu alasan mengapa Katrina tidak masuk sekolah hari ini. Rasa khawatir Reina menyeruak karena tidak ada informasi sedikit pun dari keluarga Katrina.

"Sepi yah, gak ada Katrina ... biasanya sih gue bisa ngoceh sama tuh bocah, bibir gue gatel nih pengen ngobrol. Mana lo pada diem lagi," sungut Fredella merasa kesepian tanpa Katrina yang menemani ke-jomblo-annya.

"Elah nyet, kalau gak diem mau gimana lagi, garuk-garuk tanah lapangan terus gulung-gulung gak jelas?" sahut Alisha setelah hanya diam karena merasa panas dengan ocehan Fredella.

"Nice, masukan yang kreatif. Praktekin dong," jawab Fredella membuat Alisha menolak mentah-mentah.

"Apaan sih lo berdua, mending sekarang lo cari info dari ketua kelas. Sebagai sabahat yang baik."

"Ya lo dong Rein, lo kan se-paha-nya gue pikir lo lebih berperan untuk itu," sahut Diandra malas.

"Sepupu keleus Ndra."

"Lagian kalian kan punya pasangan, noh samperin lagi asik ngobrol. Gue pikir karena gue yang jomblo disini, jadi gue merasa kesepian akut kalau gak ada Katrina." Fredella begitu tidak semangat dan secerah seperti biasanya jika lagi asyik bercanda tawa dengan gadis yang saat ini terbaring lemah di rumah sakit.

Empat pemuda memasuki area kantin yang didominasi makhluk ganas yang sudah lapar sejak pelajaran memakan tenaga dan pikiran. Tidak lain adalah Vino, Andre, Bobby, dan Nendra. Ribuan sapaan menerpa Vino yang hanya dibalas senyum simpul tanpa niat ketika berada di kantin, bahkan gadis yang semula bagai zombie kelaparan melahap makanan dapat menjadi putri solo yang begitu anggun karena jaim jika dilihat pemuda tampan seperti Vino.

Manusia menghampar luas di kantin membuat Vino susah untuk mencari tujuannya. Matanya menyapu seluruh penjuru kantin berharap menemukan gadis yang tidak terlihat dan tidak menjawab pesan pertamanya. Harapan Vino mulai terkikis saat tidak ada tanda dari gadis yang biasanya tertawa paling keras menambah kebisingan area itu.

"Nyari apaan sih lo Vin?" tanya Andre yang melihat Vino celingak-celinguk walaupun kursi di kantin banyak yang berharap untuk di duduk-i Vino.

"Iyeee nih, kayak anak ayam nyari induknya. Anak ayam nyari induknya ... anak ayam mencari terus cari ... oh kasihan ... oh kasihan ... aduh kasihan."

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang