11. Sandaran

1.4K 117 16
                                    

...
Hati kecil ini saja tahu dimana tempat yang tepat untuk disinggahi.
...

Katrina menatap lurus ke depan dengan kosong dan pikirannya melayang entah kemana. Yang jelas, dia memikirkan peristiwa barusan, sosok kakak yang menjadikan Vino dapat berkata lebih dewasa adalah orang yang kini berada di sampingnya dan sedang mengemudi dengan tenang.

"Katrina."

"Iya kak?"

"Kenapa kamu lebih memilih jalan dengan saya? Bukannya Vino juga ajak kamu jalan kan?"

"Katrina ... gak tau alasan yang tepat kak. Kak Viona suka Vino. Vino dulu juga pernah suka sama kak Viona. Katrina mau menjauh dari Vino, Katrina gak mau Kak Viona tersakiti."

"Memangnya sejauh apa hubungan kamu dengan Vino?"

"Sebatas sahabat."

"Dengan Viona?"

"Teman."

Daniel tidak bisa menyebut Katrina itu apa, untuk dinamakan malaikat mungkin kurang, bidadari juga mungkin masih. Katrina begitu baik, sabar dan tegar.

Daniel mendengus lemah, orang yang dia cintai ternyata juga dekat dengan adiknya. Daniel tidak tahu harus menjauhinya atau apa, dari tatapan Vino tadi ke Katrina terlihat mempunyai banyak makna. Katrina juga ingin menjauhi Vino, hidup semakin rumit dengan adanya masalah baru dan menimbulkan banyak asap di dalam lingkup kehidupan yang sebenarnya gelap. Hanya saja, bagaimana cara orang itu untuk bertahan, tetap diam bersama kegelapan atau memilih bersinar menjadi lentera.

"Katrina."

"Hm," deham Katrina lalu menghadap ke Daniel.

"Apa kamu pernah merasakan jantung yang berdebar saat dekat dengan seseorang."

"Hm... pernah."

Daniel tersenyum simpul sehingga terlukis wajah tampan dan sempurna. Hembusan napas halus keluar seiring dadanya yang semakin berdebar.

"Siapa?" tanya Daniel menyiapkan mentalnya dan sudah berani untuk mengambil resiko.

"Ng- Vino."

Deg!

Wajah Daniel menegang seketika, karena refleks pria itu menginjal pedal rem membuat Katrina terkejut. Untung saja mereka menggunakan sabuk pengaman. Keringat membasahi pelipis Daniel dan hatinya seakan dipukul dengan gondam.

Katrina begitu polos sehingga melihat Daniel yang menegang dengan wajah bingung. Katrina berfikir, apakah yang dia katakan salah.

"Ke- kenapa kak?" tanya Katrina menautkan alisnya bingung.

Bibir Daniel masih mengatup rapat, cobaan apalagi ini. Dada Daniel sesak dan keringatnya membasahi pelipis walaupun AC mobil begitu dingin.

"Kamu yakin jika orang itu Vino?" tanya Daniel memastikan sembari menginjak pedal gas perlahan dan mencoba tenang.

"Iya kak, kenapa? Apa ada yang salah sama ucapan Katrina?" tanya Katrina polos tidak tahu apa maksudnya. "Setiap Katrina sama Vino, Katrina merasa nyaman dan hangat. Katrina tidak pernah sedikit pun risih. Terkadang, Katrina dibuat berdebar karena Vino. Bahkan, ucapan yang sering keluar dari bibirnya selalu terkesan manis. Bagi Katrina itu tidak masalah, mungkin Katrina sangat nyaman jika Vino jadi sahabat Katrina. Mungkin juga karena Vino pernah jadi bulan yang selalu menghibur Katrina, jadi Katrina merasa nyaman." Katrina berkata lagi membuat Daniel terasa sesak.

"Kamu merasakan itu semua Kat?"

"Iya beneran, kenapa Kak Daniel gak percaya?"

Daniel menggeleng pelan lalu memaksakan lengkungan tipis di bibirnya.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang