20. Bulan-Mentari

1.2K 100 59
                                    

...
Tuhan tak pernah salah memilih takdir untuk dua insan yang memiliki satu tujuan.

...

Pemuda tampan berdarah Kanada yang kerap disapa Vino, sedang menatap dirinya di cermin, merapikan dasi, dan almameter yang telah melekat di tubuhnya. Senyum tipisnya terpatri karena merasa puas, selain itu ada alasan yang lebih memperkuat, yaitu tak sabar untuk menjalankan rencana yang telah dia susun bersama Reina dan teman-temannya.

Entah mengapa, Vino dapat kembali merasakan gairah di dalam tubuhnya. Bukan tanpa alasan, mungkin mulai nanti, harinya akan lebih indah, berjalan di atas tanah dan menautkan jari-jarinya dengan gadis yang berhasil mengambil hatinya.

🌌🌌🌌

Katrina melahap makanan yang menjadi suapan terakhir dari Zafran. Tak ada percakapan diantara kakak-beradik itu, apalagi Katrina merasa makanan yang disuapkan kepadanya semakin terasa hambar. Mimpi buruk semalam seolah menghantui gadis itu, meneror di ruang pikirannya, dan menimbulkan gelisah di ruang hatinya.

Bukankah mimpi dapat menjadi nyata? Katrina takut itu akan terjadi padanya. Cukup dia tak dapat merasakan kebahagiaan bersama Vino, apalagi jika Vino pergi jauh dari hidupnya, berpindah dimensi, untuk menautkan tangan pun tak akan pernah dapat, Katrina tak ingin itu terjadi. Berbagai kenyataan pahit telah cukup melukai raga dan batinnya, jika Vino benar-benar akan diambil dan kembali menjadi salah satu dari ribuan bintang di langit malam, Katrina mungkin tak dapat menjalani hari setelahnya.

Sedangkan Zafran setelah menaruh piring di atas nakas, pria muda itu menatap adiknya yang belum membaik. Pria muda yang notabenenya adalah bukan kakak kandung Katrina itu khawatir, ada saat dimana Katrina drop.

"Kat..." panggil Zafran lembut.

Katrina menoleh ke kakaknya yang menatapnya khawatir.

"Apa kakak harus bawa kamu berobat ke luar negeri?" tanya Zafran.

Katrina tersenyum miris lalu berkata, "Buat apa kak? Katrina cuma bisa ngerepotin kalian yang jelas-jelas bukan keluarga kandung Katrina. Katrina ngerasa kalian itu cuma buang-buang tenaga dan uang buat orang asing kayak aku, Katrina gak mau lagi ngerepotin kalian. Toh, kalaupun Katrina nanti sembuh juga menua terus meninggal, akhirnya juga sama, kembali ke tanah. Katrina juga gak ada peran disini, Katrina bukan siapa-siapa."

Setelah mengucapkan kalimat itu, hembusan napas berat terdengar kasar. Katrina merasa lelah, lelah dengan semuanya, lelah dengan drama, dunia, cinta, bahkan keluarganya yang menutupi segala kenyataan.

"Katrina, kamu gak boleh ngomong seperti itu! Kamu bukan orang asing bagi papa, Viona--"

"Dan mama akan selalu nganggep aku orang asing perusak rumah tangganya," sela Katrina dengan suara serak.

Zafran mengusap wajahnya kasar, cobaan apalagi ini.

"Kat..."

"Biarin Katrina bisa sembuh sendiri, kalian gak perlu buang-buang uang buat anak pungut kayak Katrina."

"Kat!" bentak Zafran tak rela jika Katrina menyebut dirinya anak pungut. Katrina tersentak mendengar kakaknya membentak, dadanya semakin terasa sakit.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang