40. Kecewa

689 57 2
                                    

...
Ketika kamu berani untuk mencintai, juga kuatkan nyali untuk berani tersakiti.
...

Angin malam kembali memeluk Katrina yang tengah menumpukan sikunya di atas pembatas balkon. Matanya yang berkaca-kaca berhasil menghalangi pemandangan suasana kota Yogyakarta di malam hari, yang begitu indah karena lampu-lampu yang menghiasinya.

Selang beberapa menit, Katrina merasakan ada tangan yang mengusap pundaknya pelan. Reina di sana dengan senyum menghangatkan, telah membuka tangannya pertanda jika siap menghambur pelukan. Katrina menatap Reina sebentar, lalu memeluk sepupunya disertai air mata yang berderai. Sehingga Reina dapat merasakan bahu Katrina berguncang karena tangisannya yang semakin memuncak.

"Udah Kat... tenangin diri lo, gue gak mau lihat lo kayak gini. Lo jangan sedih, nanti gue ikut sedih," tutur Reina sembari mengusap punggung Katrina.

"Mung—mungkin peran gue di sini udah gak ada, Rein. Gue udah siap kalau gue bakal pergi nantinya," racau Katrina terdengar begitu putus asa dengan suara seraknya.

"Sstt! Kat, lo ngomong apa sih?" sahut Reina tak terima dengan pernyataan Katrina.

Katrina menguraikan dekapannya, gadis itu mengusap air matanya dan mencoba berhenti menangis. Dengan gemetar Katrina membuka telapak tangannya dan menggenggam kedua tangan Reina dengan kuat.

Tangan Katrina terasa sangat dingin, bahkan Reina seperti di dalam bongkahan es kutub.

"Kat tangan lo dingin banget!" pekik Reina panik.

Reina pun dengan cepat membuka telapak tangan Katrina. Seketika sepupu Katrina itu terbelalak karena melihat tangan Katrina yang begitu membiru. Kemudian, Reina mengalihkan pandangan ke wajah Katrina yang begitu pucat.

"Kat... lo gak pa-pa kan?" tanya Reina khawatir.

Katrina menggeleng pelan lalu berkata, "Cepat atau lambat... kisah tentang gue hanya sebuah cerita dan memori lama."

"Kat! Lo ngomong apa sih?" tanya Reina sungguh tak mengerti.

Katrina hanya tersenyum, membuat Reina semakin takut.

"Oke, gue bakal panggil Vino buat minta maaf ke lo!" seru Reina panik dan beranjak akan meninggalkan ruangan itu.

"Lo gak perlu lakuin itu, lebih baik dia gak menyadari kepergian gue. Daripada dia harus terpuruk nantinya."

"CUKUP KAT!" seru Reina seraya menggenggam kedua lengan atas Katrina dengan kuat.

"Jangan cuma karena Vino... lo putus asa kayak gini," pinta Reina telah menunjukkan raut kekhawatirannya.

Katrina menggeleng pelan lagi lalu menjelaskan, "Gak Reina... gak hanya karena Vino. Gue ngerasa... gue jadi beban buat kalian semua, mulai dari keluarga angkat gue sampai sahabat gue. Padahal gue di sini bukan siapa-siapa dan pada hakikatnya gue gak punya siapapun di sini..."

"... ibarat gelandangan yang dapat keberuntungan jadi pemeran utama dalam sebuah drama. Gue bukan siapa-siapa di sini... gue nyusahin kalian yang sedikit pun gak punya hubungan darah sama gue," sambung Katrina, lalu menunduk.

Mendengar Katrina yang menyebut dirinya sebagai "gelandangan", Reina tak terima dengan pernyataan sepupunya itu.

"Apa sih yang buat lo kayak gini, Kat? Ngomong sama gue! Siapa yang udah hasut lo?" pekik Reina seraya mengguncang tubuh Katrina.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang