26. Sang Bulan

1.1K 102 31
                                    

...
Secarik kertas yang menyerap tinta akan adanya aksara indah pun, tak selalu dapat melesapkan kegundahan yang menggelayuti hati.
...

"Vin, gue seneng banget bisa kayak gini. Kalau bisa, sering-sering ajak gue ke sini ya... biar bisa bahagia terus."

"Tanpa gue ajak lo ke sini, lo bisa bahagia."

"Gimana?"

"Selalu dengar kata-kata manis gue."

Katrina menghempaskan tubuhnya di pulau kapuk, matanya menatap langit-langit kamar. Senyumnya terlukis manis, menambah kemerahan di bibirnya.

🌌🌌🌌

"Hwaaaaa!" pekik Reina melihat namanya masuk ke dalam daftar siswa yang lolos tes student exchange.

Katrina pun sama, gadis itu sesekali berteriak senang. Kini, Reina dan Katrina berpelukan layaknya teletubbies. Tak jarang Katrina melompat-lompat seperti anak kecil, tak peduli dengan insan sekitar yang menatapnya seraya menggelengkan kepala takjub plus aneh.

"Alhamdulillah..." ucap Katrina sekali lagi.

Beberapa detik kemudian, Reina hanya diam menatap sepupunya yang masih mengungkapkan rasa senangnya.

"Kat... harusnya ya gue yang over bahagia. Secara, otak gue yang pas-pasan dan gak seluas otak lo yang kayak Benua Asia. Tapi lo... udah pinter, gak kaget-lah ya?"

"Ya... seneng banget lah. Selain lolos, gue juga bisa sama lo, Rafli, dan..." Katrina tersenyum sebentar.
"Vino."

"Dih! Ternyata... lo seneng banget karena Vino juga lolos," kata Reina mendapat cengiran kuda khas Katrina Claudy Altha.

"Ya iya dong," jawab Katrina bangga.

Sedangkan tak jauh dari tempat dua primadona itu berdiri dan mengungkapkan kebahagiaannya, terdapat dua pemuda yang tersenyum pula karena melihat orang terkasihnya dapat tersenyum bahagia.

"Gue seneng lihat dia bahagia gitu bro," celetuk Rafli di samping Vino yang senang menikmati indahnya ciptaan Tuhan.

"Gue juga," jawab Vino singkat lalu melingkarkan tangannya di bahu Rafli.

"Kuy!"

Seorang gadis tersenyum miris melihat Katrina, Reina, Vino, dan Rafli. Apalagi melihat Vino yang menatap Katrina dengan tatapan yang teduh, dadanya terasa sakit, dan gadis itu tahu bagaimana harus mewakilkan hatinya, yang tak terima dengan apa yang terjadi.

Beberapa detik kemudian, senyum miris gadis yang berdiri di tengah keramaian itu berganti bengis. Matanya seolah neraka, terdapat kilatan petir dan api yang menari membaur dengan iris matanya.

"Sumpah, gue seneng banget... apalagi Vino juga lolos. Kyaaa! Gue gak bayangin seberapa serunya!" teriak Katrina, tak sadar, semakin menambah kebencian seorang gadis yang kini berdiri cukup jauh darinya.

"Hm... sekarang, lo bisa teriak sesuka lo, Kat. Dengan begitu, air mata yang akan lo tumpahin nanti, udah tersimpan. Ini awal yang baik bukan? Nikmati kebahagiaan lo yang sementara ini. Jangan sampai lo gak bisa rasain kebahagiaan yang akan berganti ke-ter-pu-ru-kan," gumam gadis itu lalu mengambil langkah untuk pergi dari tempat yang sesak itu.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang