36. Ragu

753 51 1
                                    

...
Tak tau seberapa tahan diriku kau uji dengan segala permainan hati. Hingga aku benar-benar beranjak dan pergi karena letih
...

Vino berhasil membuat pipi Katrina memanas seketika. Menyadari terdapat semburat merah alami di pipinya, Katrina langsung memalingkan wajahnya untuk menatap keadaan luar. Selain itu, Katrina juga melepaskan tangan Vino dari tangannya dengan kasar. Vino hanya tersenyum melihat kekasihnya yang salah tingkah.

Hingga beberapa menit berlalu, mereka masih terjebak diantara kecanggungan yang menggantung di udara. Sesekali Vino mengecek pesan yang berulang kali menyangkut di notifikasinya.

Selagi ada kesempatan, Katrina mencoba menggerakkan bola matanya untuk melirik layar ponsel Vino.

"Ci--"

Belum sempat Katrina melihat nama yang tertera di sana, Vino langsung mematikan layar ponselnya dan melingkarkan tangannya di pundak Katrina. Hal itu membuat Katrina sedikit tersentak.

"Kenapa?" tanya Vino begitu halus, lalu tersenyum.

Katrina hanya menggeleng pelan lalu menghela napasnya berat.

"Lo laper gak?" tanya Vino dengan perhatian. Katrina hanya diam, seakan tak ingin berbicara.

Tiba-tiba, Vino berdiri seraya menempelkan tangan kanannya di kaca jendela dan menempelkan tangan kirinya di sandaran kursi. Dengan pelan, Vino menggerakkan tubuhnya untuk sedikit menunduk sehingga membuat dirinya dan Katrina sangat dekat.

Deg!

Apa yang dilakukan Vino membuat Katrina terkejut sekaligus membuat jantungnya berdebar kencang. Kini, hembusan napas Vino menerpa bibirnya lembut. Katrina tak mengerti mengapa Vino melakukan ini. Hingga mereka pun berbagi perasaan satu sama lain dengan perantara tatapan mata.

Bagi Vino, sungguh dia tak ingin mengakhiri kenyamanan yang baru saja tercipta. Mereka sama-sama menilik jurang mata itu dan merasakan sentuhan hangat ketika menemukan satu hal di dalamnya.

"Gue tanya... lo gak laper?" tanya Vino dengan sangat halus.

"Em--" Jarak Vino yang terlalu dekat membuat Katrina gugup seketika.

"Cuma pertanyaan sederhana, lo gak bisa jawab?"

"I-iya, sedikit sih."

Vino pun tersenyum lalu menarik tubuhnya sedikit menjauh dan mengambil sesuatu di tempat penyimpanan barang yang berada tepat di atas kepala Katrina.

Sebuah pertanyaan yang sederhana pun akan sulit untuk dijawab. Jika insan itu adalah seseorang yang berhasil menyita sebagian dari pikiran dan perasaanku.

Katrina memandang Vino yang kini membawa kotak sedang berwarna merah. Lalu, Vino pun duduk sedikit menyerong agar dapat menghadap Katrina. Dengan senyum simpul, Vino memberikan kotak sedang berwarna merah itu ke Katrina.

"Makan ya... gue gak mau lo sakit."

Katrina menatap kotak itu, seolah mencerna apa yang baru saja Vino katakan dengan nada halus.

...
"Mentari Mentari Mentari!" panggil Vino dengan nada gelisah, lalu menarik Katrina kecil yang ikut kebingungan.

"Eh- eh- ada apa Bulan?"

"Ayo cepetan!"

"Jangan ditarik-tarikk!"

"Iya maka-nya cepetann..."

"Apa sih?" tanya Katrina kecil kesal, suaranya yang lucu membuat Vino tersenyum gemas.

"Lihat di sana!" Pria muda yang kerap disapa Bulan oleh Katrina itu meluruskan jari telunjuknya ke arah langit.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang