45. Keberangkatan

673 53 4
                                    

...
Aku menyerah. Menyerah dengan perasaan yang kian mendalam, karena senyumanmu semakin menarikku untuk jatuh.
...

Suasana kelas kali ini sungguh ramai, bahkan melebihi suatu wilayah yang terjadi peperangan, bedanya di dalam kelas XII IPA 1 ini berlangsung adu mulut. Lagu yang melantun di telinga Katrina melalui earphone yang dia pakai pun harus kalah dengan suara-suara insan penuh amarah.

"Yaelah! Tugas Pak Bambang gak usah dikerjain kali ribet amat!"

"Anjir! Kalean bisa diem gak sih? Kayak nano-nano aja lo, rame banget." Kini Reina yang angkat suara.

Pantas saja, sekarang adalah waktu dimana guru-guru harus rapat, mempersiapkan untuk pengambilan rapor tengah semester.

Ibaratnya di sana ada gula, di sana juga pasti ada semut. Hanya saja, di sana ada keramaian, di sana akan datanglah Nendra dan Bobby.

"Wee! Rame banget dah, udah kayak kuburan," gurau Bobby setelah membuka pintu kelas XII IPA 1 itu, kemudian memasukinya diikuti Nendra.

"Ha? Mana bisa kuburan rame? Pasar kale!"

"Lo sih gak tau, pocong sama kuntilanaknya lagi dugem, kalau gak gitu, lagi dangdutan."

"Gue kira pocong sama kuntilanaknya lagi pengajian."

"Haha, lucu banget," ejek pemuda yang berada di sudut ruangan dengan muka sedatar mungkin.

"Hiya hiya hiya! Kalian pasti ributin tugas Pak Bambang yang disuruh buat makalah outing class kemarin kan? Hahaha, miris banget..." Nendra tertawa seakan meledek. Namun tak lama, menyambung perkataannya, "Tapi gue juga sih."

"Apaan sih, masuk kelas orang udah ABCD aja lo," sahut pemuda di sudut kelas seraya memainkan game online-nya.

"Hah? ABCD?"

"Anjing BaCoD!"

"Sa ae lu Bambank!"

"Lagi rapat di Ruang Guru tuh, Pak Bambangnya, jangan dipanggil-panggil. Nanti dateng."

"Eh sebut merek!"

Katrina menghela napas pelan, beginilah teman-temannya. Apalagi jika ceritanya "datanglah Nendra dan Bobby", bisa-bisa sekolah runtuh hanya karena Nendra dan Bobby semakin memancing adu mulut.

"Tahun depan udah nyoblos semua kan ye! Kalau mau terbebas dari tugas, coblos nomer tiga dong!" Bobby yang angkat suara kembali.

"Ha? Nomer tiga?"

"Ya dong, Bobby and Nendra! Gue jamin lo semua pada hidup sejahtera. Bebas tugas, bebas ulangan, eh--lo kan pada sekolah tiga tahun nih. Gue beri libur tiga tahun juga, hahaha... adil, makmur, dan sejahte-"

"Yeeee! Apaan, gak usah sekolah aja sekalian," cibir Fredella menyela ucapan Nendra.

"Bentar kali, gue belum selesai ngomong! Terus ya... free diamond dan auto jadi member starlight tiap bulan, buat para pemain ML. Gue jamin jadi Sultan kuota internet! Gak lupa sama player PUBG dong, auto terdaftar member juga! Kurang apa coba. Buat cewek-cewek yang suka fangirl-an gue datengin deh... artis korea! Atau mau foto sama Noah kayak Prilly? Terlaksana! Makmur, aman, sejahtera kan?" oceh Nendra tak sadar, jika ada guru yang telah memasuki kelas.

"Gercep da..." Pemuda di sudut ruangan yang akan menyahut itu pun semakin memelankan suaranya, kala melihat di belakang Nendra terdapat Bu Tri dengan tanduk dan hidungnya yang mengepulkan asap, seperti banteng yang melihat kain merah.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang