Bab 35

100 5 3
                                    

Bimantara Eka Pandji

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bimantara Eka Pandji










     Kalau ada yang bertanya tentang perasaanku saat ini, aku akan menjawab tanpa ragu bahwasanya aku sedang super galau plus kesal.

Galau karena El
Kesal pada diriku sendiri.

Sejak peristiwa malam itu, kesempatanku bertemu El rasa-rasanya adalah kemustahilan. Dia seperti sengaja menghindar. Setiap El datang membawa kulakan, aku pasti masih tidur. Dia bahkan merubah jam belanjanya ke pasar. Pernah suatu hari aku bertanya pada Ibu, kapan dia pria ke pasar? Ibu bilang jam dua malam.

Jamnya orang enak-enaknya tidur. Dan dia malah milih buat kerja.

   Bima sendiri juga sudah terang-terangan mempublikasikan hubungan ini. Sehari setelah peristiwa malam itu fotoku sudah mejeng di feed instagramnya, membuat pro dan kontra, mengakibatkan followersnya menjerit tak terima.

Bima memang sefamous itu.

Dan secara tak terduga followersku juga bertambah, tentu saja semua itu imbas dari postingan Bima. Notif yang biasanya jarang sekali mampir ke IG ku sekarang bisa tiap menit muncul.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk memprivasi saja akun media sosialku, karena seyogyanya aku yakin mereka mengikutiku bukan karena untuk tahu kegiatanku atau karena mereka menyukaiku, tetapi  disebabkan karena mereka ingin mencari cela dari kekuranganku sehingga bisa punya kesempatan untuk menyerang dan membullyku.

Selama ini aku bukanlah orang yang aktif di media sosial. Bahkan hanya ada dua foto yang kupasang, itupun foto lama saat masih sekolah. Dan  parahnya foto-foto tersebut kini menjadi sasaran bullyan mereka. Mereka bilang aku nggak setara dengan Bima.

"Jangan di ambil hati ya. " kata Bima suatu hari.

Aku tak pernah mengeluh apapun, tapi Bima sepertinya tahu.

"Pahamlah, mereka nggak terima. Lagian aku sudah bilang, hapus saja."

"Enggak mau. Aku bahagia semua orang tahu kalau kamu itu punyaku."

Aku memutar mata malas, percuma berdebat dengannya.

"Bulan depan, di rumah ada arisan, kamu harus ikut ya. Biar kenal keluarga besarku."

"Ogah, ah."

Mata lasernya secepat kilat menatap.

"Kamu nggak ingin kenal dengan keluargaku?"

Bima adalah salah satu orang yang paling sulit di tolak keinginannya. Terkadang aku ingin menegaskan padanya kalau aku masih mengangapnya teman biasa. Aku belum setuju dengan apa yang ia putuskan sebulan lalu.

"Bukan begitu, Bim ...."

"Aku sudah bilang ke mereka kalau kamu setuju datang, Sar."

Rasanya capek sekali sebulan ini menjadi orang lain.

BENALU YANG TAK TERLIHAT(Tamat)Where stories live. Discover now