Bab 41

86 3 2
                                    

Ketika ibu siuman, dengan lembut kutanyakan beberapa hal padanya. Ibu bilang hanya pusing biasa. Efek belum sarapan dan semalam tidak Isa tidur.  Tetapi cerita berbeda kudapat dari Mbak Indah. Wanita berusia tiga puluh tahunan itu bilang, Ibu terlihat gemetaran setelah ada wanita yang datang untuk membeli rokok.

Padahal saat itu Mbak Indah yanga melayani, bukan Ibu.

"Wanitanya kayak gimana sih, Mbak?" tanyaku pada Mbak Indah.

Kami tengah ngobrol di teras rumah El saat hari menjelang malam.

"Sudah ibu-ibu gitu, Mbak. Tapi masih cantik. Ya, kan Mas El?"

El hanya mengangkat bahu karena sejak tadi pria itu beralasan tidak terlalu memperhatikan. Dia sibuk dengan hapenya saat kejadian.

"Pakai jilbab?" tanyaku lagi masih penasaran.

"Enggak. Pakai kacamata. Nah, pas kacamata itu di buka, Ibu langsung gemetaran."

Kalau benar yang Mbak Indah ceritakan, kenapa Ibu musti bohong?

"Kayaknya di rumah seberang ada CCTV-nya," sela El sambil beringsut mendekati kami.

Ucapannya membuatku semangat.

"Kita bisa minta tolong lihat kalau kamu mau."

Mbak Indah langsung mengangguk setuju.

Aku berdeham sebentar, "ini misi rahasia, hanya kita yang tahu. "

El mengangguk setuju, begitupun dengan Mbak Indah.

***
  Setelah melihat CCTV yang terpasang di rumah tetangga pagi harinya, kami tidak mendapatkan petunjuk yang berarti. Di rekaman itu kami hanya melihat sebuah mobil terparkir tak jauh dari toko, wanita yang di sebut Mbak Indah hanya terlihat sekilas, itu pun hanya dari belakang.

"Nggak membantu sama sekali!" keluhku tak semangat.

"Plat nomorpun tidak terpantau."

Aku sampai bolos kerja demi memecahkan rasa penasaran ini.

"Yang penting sudah usaha," seru El sambil memakai jaket andalannya.

"Aku kerja dulu."

Aku tak menyahut saat pria itu pamit. Masih sibuk memikirkan sesuatu yang rasanya masih mengganjal di pikiranku sejak di rumah tetangga tadi.

Namun, saat El sudah berada di atas motornya, tiba-tiba saja ingatanku tercerahkan.

Mobil yang ada di CCTV itu!

"Aku ingat, aku ingat!" teriakku heboh. El turun dari motornya.

"Mobil yang kita lihat tadi, El ...,"

El manggut-manggut menungguku meneruskan cerita.

"Itu mobil yang sama, yang pernah menguntitku! Iya, nggak salah lagi!"

Dan ucapanku itu berhasil membuat pemilik senyum favoritku itu mengurungkan niatnya bekerja.

****
"Dua kali mobil itu menguntitku," ceritaku setelah berhasil membuat El "bolos" kerja.

"Bima tahu?"

Aku mengangguk pelan. Tak berani menatap.

El kemudian mengalihkan perhatiannya ke ponsel yang dia gunakan untuk merekam layar CCTV tadi.

"Eh, Rif, kayaknya di mobil ini ada beberapa orang di dalamnya. Wanita itu tadi keluar masuknya dari pintu belakang."

Aku merengsek mendekat, melongok pada ponsel yang sedari tadi El pegang. Membuat kami tak lagi berjarak. Terlihat samar-samar di layar ponsel ada seorang perempuan berkacamata keluar dari pintu belakang.

BENALU YANG TAK TERLIHAT(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang