bab 58

165 5 2
                                    

     Suara gaduh terdengar dari arah belakang rumah. Aku sedang memasak saat ku dengar ibu berteriak memanggil nama seseorang.  Saat aku mengintip untuk memastikan rupanya ibu sedang membujuk putriku agar mau pakai baju setelah mandi.

Sementara itu di saat ibu dan anakku sedang berkejaran, kulihat Bapak berbaring di dipan panjang dengan wajah sumringah. Lelaki tua itu bahkan terlihat tertawa ketika melihat bocah kecil usia tiga tahunan itu mengecoh ibu agar tidak tertangkap.

    Setelah menikah dengan El empat tahun lalu, kami di karuniai seorang putri kecil yang kini menjadi pelipur keluarga. Putri kecil yang El beri nama Rasika itu berhasil membuat Bapak lebih bersemangat dan selalu antusias menjalani hari-harinya. Pria tua itu seakan menemukan kembali alasannya untuk bisa hidup seperti sedia kala.

Tidak hanya Bapak, ibu juga semakin sehat. Senyumnya selalu tersungging, binar matanya selalu muncul sejak kelahiran Rasika kami.

"Sayang ...." Aku menoleh ketika merasakan pinggangku di cubit.  Dan pelakunya adalah suamiku.

"Lihat apa sih?" El ikut melongok ke arah luar. "Oh ...."

Pria itu lalu manggut-manggut setelah mengetahui alasanku mengintip.

"Mau aku buatin kopi?" tanyaku saat melihat pria yang masih tetap tampan di mataku malah bersindekap di dekat kompor.

Dia menaikkan alisnya. "Mumpung Rasi di luar gimana kalau kita ke kamar?"

Sontak aku melotot. Bisa-bisanya pagi-pagi menggodaku.

"Ayolah, Sayang...." El malah nemplok padaku.

"Apa sih .... Aku bau terasi nih," tolakku berusaha mengangkat wajahnya agar tidak nemplok di bahuku. Tapi sayangnya usahaku itu gagal.

"No problem." El masih di posisi yang sama.

"El ...."

El mengangkat kepalanya, dengan telunjuk terangkat dia menggeleng.

"Papi .... Bukan panggil nama."

Aku mendengus kesal. El kembali nemplok dan kali ini malah mengendus leherku. "Mana bau terasi? Ngga ada."

"Sayang .... mending kamu bantuin ibu sana deh, tuh Rasika susah banget di atur." Aku mencoba mencari cara untuk berkelit. Karena El kini malah mendekapku dari belakang.

Cup!

El mengecup pipiku tiba-tiba. Satu hal yang baru kusadari sejak menikah dengannya adalah ternyata ayah dari putriku ini sangatlah romantis. Berbeda sekali denganku yang sangat cuek.

Sejak menikah sifat El membuatku terkaget-kaget. Dia sering memberikan kejutan sederhana tapi lumayan membuat perasaanku membuncah.

"Kamu harus tahu, dulu aku susah payah menahan agar tidak kentara menyukaimu. Sekarang jangan harap! Sebisa mungkin setiap detik kamu harus merasakan betapa aku mencintaimu."

Itu kalimat El ucapkan saat anniversary pernikahan kami beberapa bulan yang lalu.

     Suatu hari secara tiba-tiba suamiku itu mengajakku keluar berdua saja. Dia membawaku dengan motornya. Kami kemudian berkeliling menyambangi tempat-tempat nostalgia yang pernah menjadi saksi pertemuan kami.

El juga pernah secara tak terduga mengajakku menghadiri acara meet and greet DMS. Padahal acaranya saat itu berada di luar kota. Dia sengaja mengatur jadwal seolah-olah aku harus menemaninya bekerja. Dan saat kami sampai di tujuan, suamiku itu mengarahkan kendaraannya ke tempat acara berlangsung.

Walaupun kejadiannya sudah lama, tapi terkadang aku masih terharu mendapatkan perlakuan manis seperti itu.

"Ayo...." Lamunanku buyar karena El menyeret lenganku. Membawaku masuk kamar dan aku tak bisa menolak.

BENALU YANG TAK TERLIHAT(Tamat)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu