Dua

8K 517 12
                                    

Sammy kai wijaya adalah seorang pria tampan berusia 30 tahun saat ini, tidak hanya tampan kehidupan sam benar-benar nyaris sempurna. Ia terlahir dari keluarga kaya Raya yang penuh dengan kasih sayang, Sam juga sangat cerdas di usia 27 Tahun Ia sudah berhasil menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang S3 dan saat ini Ia menjadi Dokter ahli bedah sekaligus wakil kepala di rumah sakit milik ayahnya itu. Satu-satunya yang berantakan dari hidup Sam hanyalah Ranna wanita keturunan jawa, berwajah manis dan ayu,bertubuh gempal, wanita sebatang kara yang tak lain adalah istrinya. Sam sungguh tak pernah menyangka bahwa kehidupan bahagia dan sempurnanya berakhir begitu saja sejak ia menikahi wanita yang saat ini sudah berusia 26 tahun itu. Jangan tanya apa pekerjaan Ranna, karna sejak tiga tahun lalu Ranna sudah memutuskan untuk menjadi Ibu rumah tangga saja dan menekuni hobi menulisnya yang belum satupun dapat menjadi buku karna belum satupun ada tulisannya yang dapat selesai.
***
Sam merebahkan tubuhnya di atas sofa merah yang ada di ruang tersebut. Seorang pria yang juga mengenakan jas putih khas dokter seperti Sam mendekat dan memberikan sam sekaleng minuman dingin.
“well, segitu cintanya lu sama rumah sakit ini sampai hari libur aja lu masuk”
Sammy mendengus kesal, Ia memejamkan matanya dan meletakan minuman dinginya di atas kepalanya. Pria itu adalah Revino teman sekaligus sahabat Sam sejak Sam mampu mengingat manusia lain selain keluargannya.
“yah..anggap aja gua lagi mencegah kebangkrutan rumah sakit ini karna memperkerjakan dokter gadungan kaya lu” jawab Sam tanpa membuka matanya. Revi duduk di kursi lainnya. Ia tak marah hanya tersenyum dan membenarkan kaca matannya.

“So kenapa lagi sih istri lu?”
Sam mengankat satu jarinya pertanda ia meminta revi diam.
“Jangan bahas tentang dia Tolong!”
“ya gimana lagi.. kan lu yang mutusin buat nikahin dia”
“gua bilang jangan bahas!”
Revi menyandarkan punggunnya dan membuka botol minumnya.
“Aira Dinastya Karanna, memang Cuma dia yang bisa ngebuat temen gua jadi frustasi kaya gini” ucap Revi lagi.
Sam mengangguk. Sam menghentak kuat dan bangun dari tidurnya. Ia sungguh sudah menahan kekesalannya itu sejak tadi.
“Gimana gua ngga kesel coba, pagi-pagi bukannya di bangunin pake kecupan manis, ini pake pekikan, di tambah nih liat kening gua memar, dia juga nyaris ngebakar kita di dalam rumah karna masak di tinggal..”
“dan berakhir dengan lu yang minta maaf” lanjut Revi di sertai tawa. Sam memandang Revi kesal. Sangat kesal, karna yang di bilang Revi sangatlah benar. Sam mengusap wajahnya kasar. Revi menepuk-nepuk pundak Sam masih di sertai tawa.
“Sabar”
“enak lu ngomong sabar.. gua yang ngerasain”
“Lu engga mikir buat ninggalin dia kan?”
Sam menghela napasnya dan menyandarkan punggunya,kepalanya menatap langit-langit ruangan itu.
“belum, tapi gua ngga tau nanti kalau dia engga juga berubah.”
“jangan macam-macam..Inget kalau engga ada dia ..”
“Gua udah mati. Ya..ya gua tau, Tuhan menyelamatkan gua dengan datangnya dia. Tapi gua ngga pernah tau kalau selamatnya gua hanyalah sebuah bonus hidup dan gua ngga berhak lagi bahagia sesuai mau gua”
“jangan sembarangan kalau ngomong..Ranna ngga pernah minta untuk di nikahin lu. Ini semua kemaun lu dan atas dukungan kedua ortu lu juga. So,jangan seakan-akan ini kemaun Ranna” jelas Revi mengingatkan.
Sam mengangguk lagi.
“ya Revi lu benar..lu benar dan selalu benar.. Semua kemaun gua, semua pilihan gua. Itu yang bikin gua ngga pernah bisa berbuat apa-apa lagi selain mencintainya”ucap Sam. Ia mengingat bagaiman tiga tahun lalu, ia di rampok dan di tusuk. Sam sekarat malam itu di tengah guyuran hujan, ia masih begitu ingat bagaimana sakit dan menakutkannya saat itu. Ketika itulah Ranna datang di ujung pengharapan Sam, Tuhan mengirim Ranna untuk menyelamatkan Sam. Di saat nyaris tak mungkin untu Sam di temukan di sana. Sam mengusap perutnya,terkadang rasa nyeri itu masih begitu terasa belum lagi ketakutannya yang kadang membuatnya cukup trauma.
***
Suasana rumah Sam masih gelap saat Sam pulang, Ia menyalahkan lampu rumah dan cukup terkejut mendapati istrinya terduduk di ruang tamu dengan tangan terlipat di depan dadanya.
“Ranna..kamu ngapain di situ”
“Sam.. kamu ganggu deh. Ide aku jadi hilangkan” keluh Ranna dan mengerucutkan bibirnya. Sam menggelengkan kepalanya,ia menyerahkan tas kerja juga jasnya kepada Ranna. Ranna dengan senang mengambilnya, ia merangkul dan bersandar manja pada lengan Sam.
“Suami ganteng..mau makan dulu apa mandi dulu?” tanya Ranna.
“mandi” jawab Sam sekenanya. Ia lelah dan sungguh sangat malas menghadapi ranna saat ini.
“sayang... hari sabtukan ada acara kumpul teman-teman sekolah aku, kamu datangkan?”
“aku ngga bisa” ucap Sam
Ranna menghentikan langkahnya dan menatap Sam yang jauh lebih tinggi darinya.
“kenapa?”
“Aku ada jadwal operasi”
“kan aku udah pesen dari jauh-jauh hari.”elak Ranna
“Ya, terus aku harus menolak pasien aku Cuma untuk acara ngga jelas kamu itu?”
“Cuma? Kamu bilang Cuma? Aku istri kamu loh.”
“aku tau dan kamu juga tau kalau aku ini suami kamu, dan suami kamu adalah seorang dokter. Jangan Egois!”
“Egois? Kamu bilang aku egois?”
“yes, you are!” ucap Sam dengan suaranya yang sudah meninggi. Mood Sam memang sudah hancur hari ini. Ia selalu merasa begitu ketika operasinya tak berjalan dengan baik. Hari ini Ia harus lagi menyaksikan kematian di meja operasi,saat seperti itu Ia sungguh butuh penenangan dan hiburan dari istrinya bukan hal-hal konyol seperti ini.
“kamu membentak ku?”
“yeah. Why? You deserve it.”
“Sam!”
Ranna terdiam dan menatap Sam dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Sam bertahan pada penderiannya. Sesekali Ranna harus tau kalau dia salah. Sam tak ingin mengalah kali ini.
“aku hanya meminta waktu mu sebentar” ucap Ranna.
“kamu mengambil banyak waktu ku untuk membereskan segala kekacauan yang kamu buat tanpa kamu pernah tau bahwa aku sudah cukup lelah tanpa harus melakukan itu. Kalau aku tau menikah sama artinya dengan menelantarkan pasien ku demi acara tak penting seperti itu,maaf Ranna tapi jika aku tau itu sejak awal aku lebih memilih untuk tidak menikah dengan mu atau siapapun” ucap Sam dan meninggalkan Ranna yang hanya dapat mematung di tempatnya tanpa dapat melakukan apapun. Air mata Ranna terjatuh dan tak seperti biasanya sam yang akan memeluknya kali ini Sam benar-benar marah dengan Ranna,dengan keadaan dan terlebih dengan keputusannya sendiri.
***
Pertengkaran semalam berakhir pada Sam yang memilih tidur dengan tamu dengan alasan pekerjaan. Sam sudah terbangun bahkan sebelum Ranna bangun. Ia duduk di sofa dan menatap rumahnya yang sungguh terlihat begitu kacau layaknya kapal pecah. Ia menghela napasnya entah untuk berapa kalinya.
“Ranna” geramnya tertahan.
Sam sungguh tak habis pikir sebenarnya apa saja yang di lakukan Ranna sampai tidak bisa hanya sekedar membereskan rumah. Ia ingin sekali saja melihat Ranna melakukan sesuatu sesuai kemaunnya tanpa perlu ia minta. Ia bisa memaklumi jika mereka baru menikah,mungkin ranna butuh penyesuaian, tapi ini sudah hampir tiga tahun pernikahan dan Ranna semakin menjadi parah saja setiap harinya.
Sam bangkit dari kursinya Ia pun menuju ke dapur untuk membuat sarapan paginya, menanti Ranna yang membuatnya hanya akan membuang-buang waktunya saja.

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang