Dua puluh

6.1K 464 60
                                    

Ranna masuk ke dalam kamarnya dengan gontai, Ia merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah begitu saja, Ia bahkan tak melepaskan heelsnya. Ranna memiringkan tubuhnya dan perlahan air matanya kembali menetes  tak ada isakan hanya air mata yang terus jatuh hingga Ranna benar-benar terlelap.
Begitupun Nathan Ia merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya bahkan tanpa lebih dulu melepas sepatunya. Matanya menatap langit - langit kamarnya. Ia tak bisa untuk tak menyalahi dirinya sendiri, atas apa yang terjadi. Dimanapun Ia berada Ia selalu hanya menjadi penyebab rasa sakit bagi seseorang.
***
Mata Ranna mengerjap perlahan saat cahaya terang memaksa masuk dari jendela kamarnya. Ia membuka matanya meskipun belum menggerakan tubuhnya sedikit pun, Ia hanya terdiam menatap cahaya itu, hingga Ia mendengar pintu kamar mandi yang terbuka dan kembali tertutup. Ranna sontak duduk dan Ia mendapati Sam di sana. Berdiri hanya dengan handuk menutupi pinggang hingga lutut Sam.

"Sam..." Ucap Ranna dan berlari memeluk Sam. Sam tak membalasnya namun juga tak melepaskannya.

"Kamu pulang kapan? Kamu baik-baik aja kan? Kamu benar-benar marah dengan ku? Aku minta maaf" ucap Ranna

"Sudah lupakan saja. Mandilah kamu bukannya harus kerja?" Ucap Sam datar dan dingin. Ranna melepaskan peluknya Ia menatap wajahnya, lalu menyentuh pipi Sam yang terlihat memar.

"Sam ini kenapa?"

Sam menghalau tangan Ranna.

"Bukan apa-apa" ucap Sam. Ranna hanya dapat menggenggam tangannya sendiri. Banyak sekali yang ingin Ia tanyakan namun Ia tak ingin Sam kembali marah lalu meninggalkannya.

"Kamu udah sarapan? Aku buatin sarapan ya?"

Sam hanya mengangguk dan berjalan melewati Ranna. Ranna menatap Sam pilu. Ia tau Sam masih marah padanya. Ia pun meninggalkan kamarnya dan membuatkan sarapan untuk Sam.

Sam sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Ia juga sudah duduk di kursi makannya dan memakan masakan yang sudah di siapkan Ranna. Ranna libur hari ini.

"Kamu mau ke rumah sakit? Engga istirahat aja?" Tanya Ranna takut-takut.

"Aku ada pasien hari ini"

Ranna sudah akan membuka mulutnya. Ia sungguh tau bahwa pasien akan selalu ada. Tapi apa tidak bisa Sam menghargai tubuhnya sendiri.

"Aku tidak ingin mendengar komentar apapun dari mu. Ini pekerjaan ku" lanjut Sam.

Ranna pun tak jadi mengatakan apapun. Ia hanya berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Sam pasti tau apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Ranna melanjutkan makannya mencoba menelan semampu yang Ia bisa.

"Bagaimana acara mu kemarin?" Tanya Sam. Ranna menoleh menatap Sam.

"Lancar"

"Syukurlah"

"Seharusnya kamu bisa menghubungi ku kalau kamu tidak bisa datang"

"Dan kamu tidak perlu hadir disana? " Tanya Sam dingin. Ranna sungguh tak tau apa yang terjadi pada Samnya. Segala apapun yang Ia katakan terkesan meniadi salah.

"Ehmm.. dan aku tidak harus hadir di sana"

"Apa kamu menikah hanya untuk memamerkan siapa suami mu? Apa itu yang kalian lakuin? Memamerkan apa yang sudah kalian dapatkan dan miliki? Apa sih Ranna bagusnya itu? Apa menurut mu aku benda yang bisa kamu pamerkan dimanapun, sesuka hati mu?"

Ranna tak mengatakan apapun, Ia hanya terus menatap Sam. Bagaimana bisa Sam mengatakan itu, ketika dirinya berusaha sekeras mungkin untuk tak marah pada Sam.

"Kenapa diam? Kamu tidak bisa menjawabkan , nilai positif dari hal yang bisa kamu dan geng kamu lakukan itu?"

"Kalau kamu begitu benci melakukannya paling tidak jangan berjanji pada ku untuk datang"

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Where stories live. Discover now