Empat puluh

7.3K 507 44
                                    

Dengan langkah secepat mungkin Ranna memasuki rumah sakit. Ia berjalan menuju ruangan Sam. Sesaampainya di sana Ia hanya akan menanyakan keberadaan Sam, lalu menemui sam menanyainya mengapa melakukan itu, lalu menerima maafnya dan mereka kembali bersama atau Dia hanya akan menanyai alamat Sam dan memaafkannya memberikan keaempatan. Tidak, yang paling benar adalah dia akan menanyai kesalahan Sam,menemuinya lalu memeluk pria itu seerat yang Ia mampu. Pria yang Ia benci sekaligus Ia rindu.
Ranna menghentikan langkahnya ketika beberapa orang sudah berkumpul tepat di depan ruangan Sam. Belum cukup itu, Ranna di kaget kan oleh pertanyaan histeris dari suara yang amat Ia kenal.

"Pah..Bagaimana keadaan Sam?", tanya Ibu Sam histeris dan berlari menuju suaminya. Menunu kumpulan orang di sana. Ranna masih terdiam di tempatnya, mencoba memahami apa yang terjadi.
Keadaan Sam? Ada apa dengan keadaan Sam kurang dari tiga jam lalu sam masih mengiriminya pesan, apa yang akan terjadi pada keadaan Sam hanya dalam waktu kurang dari 3,jam.
Ranna melangkah mendekat perlahan.

Pria yang sudah hampir tiga tahun menjadi mertuanya itu, memeluk istrinya yang menangis histeris.

" pah Sam baik-baik saja kan?" ulang Ibu Sam.

"Baik sam pasti baik-baik saja." batin Ranna menjawab pertanyaan Ibu Sam. Ia tau itu atau paling tidak Ia mau itu. Ibu Sam menarik kerah Revi,

"Revi..bagaimana sam? Tolong katakan sesuatu.."

"Ya tolong katakan sesuatu.." batin Ranna yang sudah benar-benar dekat. Rasa takutnya membuat mulutnya bahkan tak dapat berkata-berkata.

Revi menatap Ranna yang baru datang. Dalam tatapannya Ranna memohon Revi memberikan kabar yang baik tentang samnya. Tentang suaminya, Ia harus bertemu Sam. Sam harus baik-baik saja.

"Revi tolong katakan sesuatu" ucap Ibu Sam, mewakili pertanyaan Ranna.

"Belum ada satupun dari orang kita yang dapat di hubungi pasca tsunami tadi." ucap Revi.

Ranna menjatuhkan ponselnya bersamaan dengan Ibu Sam yang nyaris merosot lemas kalau tidak lebih dulu di peluk suaminya. Seketika Ranna menjadi tuli, Ia tak dapat mendengar apapun kecuali dengung panjang. Tidak, Ia pasti salah dengar, tidak akan ada apa-apa di sana atau paling tidak sam tidak ada di sana. Ia masih saling bertukar pesan, bagaimana bisa Sam benar-benar meninggalkannya. Revi mendekat pada Ranna. Ia menyentuh bahu Ranna. Ranna menatap Revi dengan berkaca-kaca. Revi mengatakan sesuatu namun Ranna tak dapat mendengarnya sedikit pun. Yang Ia dengar adalah semua makiannya sendiri. Makian pada Sam, pernyataanya bahwa Ia ingin sam pergi dari hidupnya selamanya. Ranna menggelengkan dirinya sendiri. Ia berusaha untuk mendengad Revi, namun semakin Ia berusaha mendengarnya suara teriakannya semakin kencang, suara Sam, pesan singkat sam, ucapan Revi kala itu terus menerus meneriakinya.

'Kalau gitu mati saja sam..'

'Dan..aku ingatkan sekali lagi untuk jangan pernah menyentuh ku Sam.'

'Cinta mu menyakiti ku Sam! Cinta mu membunuhku perlahan. Kalau kamu benar-benar mencintai ku, kamu akan meninggalkan ku seperti Nathan. Kamu akan menghukum diri mu dalam kesendirian..kamu tidak pernah mencintai ku, kamu hanya egois! Kamu hanya melakukan apa yang kamu inginkan kamu tidak peduli pada perasaan ku, tidak pernah sedikit pun! Kalau kamu benar-benar mencintai ku, pergilah dari hidup ku selamanya dan jangan pernah coba untuk menemui ku meskipun hanya dalam mimpi mu! Pergilah sejauh mungkin dan jangan pernah kembali!'

'Tidak, aku tidak akan menyesali nya. Aku tidak akan menyesalinya sedikit pun. Bahkan meskipun aku tak akan pernah bisa melihat sam lagi selamanya. Aku tidak akan pernah menyesalinya. Tidak sedikit pun'

Ranna terus menggelengkan kepalanya sendiri. Ia tidak ingin mendengar apapun lagi. Namu kini muncuk suara Sam. Suara yany hanya Ia ilusikan. Sam berbicara dengan suara serak bangun tidurnya yang sangat Ranna sukai. Itulah mengapa Ranna suka sekali mengganggu tidur Sam. Ia sungguh sangat suka mendengar suara Sam di pagi hari, suara yang selalu Ia nantikan setiap harinya. Suara yang menjadi kekuatan sendiri bagi Ranna. Suara yang meskipun selama tiga tahun selalu Ia dengarkan tidak akan pernah membosankan untuknya.

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Where stories live. Discover now