Tiga Puluh Satu

6.7K 507 81
                                    

Ranna duduk gemetar di dalam kursi mobil Nathan.

"Kamu bisa lebih cepat Nath" ucap Ranna. Nathan berupaya menggapai tangan Ranna,namun Ranna menarik tangannya.

"Tenanglah Sam pasti baik-baik saja." Ucap Nathan. Namun Ranna mengalihkan pandangannya. Tidak dia tak marah pada Nathan. Ia marah pada dirinya sendiri dan sekarang ia merasa begitu ketakutan.

Seketika setelah di sampai rumah sakit Ranna berlari begitu saja meninggalkan Nathan. Secepat yang Ia bisa menuju ruang rawat Sam.
Sesampainya di sana sudah terdapat, ayah dan Ibu Sam, serta Cheryl dan juga Revi.

"Sam.." panggil Ranna dan mendekat ke kasur Sam. Namun Sam terlihat tak sadarkan diri. Ranna menggenggam tangan Sam erat dan air matanya terjatuh begitu saja. Ia sungguh takut saat ini.

Cheryl menyentuh pundak Ranna lembut.
"Sam sudah baik-baik saja. Ia hanya sedang tidur sekarang." Ucap Cheryl.

Ranna tak mengatakan apapun Ia masih terus menatap wajah sam dan menggenggam tangannya.

"Tadi panas nya hingga 41 hingga sempat mengalami pendarahan. Sekarang pun Hb nya masih cukup rendah. Apa semalam sam tidak tidur?" Tanya Cheryl.
Ranna menoleh menatap Cheryl. Begitupun kedua orang tua Sam yang menanti jawaban Ranna. Ranna sungguh tak bisa mengatakan apapun. Rasa bersalah memenuhi hatinya. Salahnya sam seperti ini, salahnya mengabaikan Sam setelah Ia tau kondisi kesehatan Sam yang memburuk.

"Sam mungkin panas sejak semalam.. kamu sudah memberikan dia obat apa Ranna?" Tanya Cheryl. Revi mengepalkan tangannya menatap Cheryl.

"Aku tidak tau Sam sakit" ucap Ranna pelan namun cukup untuk di dengar semua orang yang ada disana.

"Kenapa Ranna? Bukannya Sam seharian di rumah. Kamu juga tidak di kantor. Kemarin pun Sam pulang cepat" tanya Cheryl

Ranna menatap antara marah dan juga terluka pada cheryl.

"Aku sibuk dengan semua persiapan diesnatalis." Ucap Ranna dan menundukan kepalanya.

"Sepertinya Sam butuh istirahat. Ayo biarkan tinggalkan dia" ucap wijaya. Cheryl sudah akan ikut keluar namun Ibu sam menahan tangan Cheryl.

"Cheryl.. apa boleh mama meminta tolong kamu untuk menunggui Sam? Mama ingin bicara dengan Ranna sebentar" ucap Ibu Sam. Cheryl mengangguk dan tersenyum.

"Tentu mah.."

"Biar Revi saja mah" saut Revi.

"Tidak usah Revi..kamu bukannya ada operasi sebentar lagi. Ayo kita keluar. Ayo Ranna" ucap Ibu Sam. Mereka pun keluar kecuali Revi dan Cheryl.

***
Ranna sudah duduk berdua dengan Ibu Sam.

"Kamu sudah makan Ranna?" Tanya Ibu Sam lembut. Ranna mengangguk.

Ibu Sam menyentuh tangan Ranna.

"Bagaimana kabar mu?"

"Aku baik mah."

Ibu Ranna mengangguk.

"Bagaimana pekerjaan mu apa lancar?"
Ranna mengangguk lagi. Namun kali ini air matanya terjatuh. Ia sungguh tau bagaimana Ibu Sam.

"Bagus sekali, papah juga bilang pekerjaan mu sangat baik. Sepertinya kamu sangat menyukai pekerjaan mu, Ya Ranna"

Ranna semakin tak dapat mengatakan apapun. Ibu sam meminuh teh yang tersaji di hadapannya itu. Ia menghela napasnya sendiri.
"Mama masih sangat ingat bagaimana rasanya kehilangan kaka sam saat itu. Satu hal yang mama paling sesali adalah karna hari itu mama tidak ada disana. Mama terlalu menyukai kesibukan mama."

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Where stories live. Discover now