Tiga Belas

4.6K 354 51
                                    

Ranna melamun di meja makannya. Bahkan Ia tak menyadari Sam yang pulang. Hingga Sam mendekat dan mengecup pelipisnya.

"Apa yang sedang tuan putri pikirkan hmm?"

Ranna tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Mana ada tuan putri seperti ku? Kamu sudah makan?" tanya Ranna. Sam terlihat berfikir.

"Sudah?" tanya Ranna lagi. Sam mengangguk perlahan. Dalam hati Ranna berfikir, apa benar yang di katakan Nathan, Sam hanya takut padanya. Ranna tersenyum dan mengangguk.

"Syukurlah.. Aku juga belum masak.", ucap Ranna dan memberi cengirannya.

"Ngga papa kok, kalau memang ngga sempet kamu ngga harus masak. "

"Atau kamu takut masakan ku tidak enak", batin Ranna.

" makasih buat pengertiannya Sam..mandi sana",

"Okey.. Aku ke kamar ya", ucap Sam. Ranna gantian mengangguk. Sam meninggalkan Ranna. Namun Ranna memanggilnya.

" sam?"

Sam berhenti dan berbalik.
"Kenapa?" tanya sam. Ranna mendekat dan memeluk Sam.

"Ada apa Ranna? Aku melakukan kesalahan?",

Ranna menggeleng.

" Sam.. Kamu tau aku mencintai mu kan?"

"Yah.. Tentu. Ada apa?" tanya Sam.

Ranna menggelengkan kepalanya.
"Tidak, sudah sana masuklah." ucap Ranna dan meninggalkan Sam. Sam menatap Ranna sesaat sebelum Ia kembali masuk ke dalam kamarnya.

Ranna sudah berada di dapur, Ia membuang semua masakannya. Ia tak ingin Sam tau bahwa Ia sudah memasak lalu merasa terpaksa untuk makan. Setelah itu Ranna kembali ke kamarnya. Ia menghela napasnya saat Sam sudah berkutat di depan meja kerjanya.

"Sam.. Apa saat di rumah kamu tidak bisa membiarkan pekerjaan mu?"

"Ranna..sepertinya kita harus meluruskan tentang ini. Berapa kali harus ku jelaskan yang aku tangani adalah manusia." ucap Sam

"Kalau gitu akan lebih baik kalau kamu tidak perlu jadi dokter" ucap Ranna

"Ranna..."

"Apa? Kamu pintar bukan?kamu bisa jadi apapun" ucap Ranna

"Kamu ngga ngerti juga ya.. Kalau dokter itu mimpi aku"

"Oh ya?,bukannya dendam kamu?"

"Ranna!"

"Sampai kapan kamu akan hidup untuk kak Indira!"

"Ranna cukup! Itu kakak ku!"

"Bukan berarti kamu harus hidup dalam bayang-bayangnya!" bentak Ranna balik.

"Ranna!"

"Apa?!"

Sam ingin membalas Ranna lagi, namun Ia tau itu tidak akan pernah berakhir, Ranna tidak akan pernah mengerti dirinya.
Malam itu kembali di isi dengan keheningan dari masing-masing mereka.
***
Hujan lagi-lagi membasahi sang ibu kota. Sam berdiri bersandar pada jendela ruangannya . Memang terlalu melankolis bagi seorang pria menyukai hujan. Tapi baginya hujan memiliki arti sendiri.

"Hmm.. Pangeran hujan sedang bergalau ria lagi?" ledek cheryl yang masuk ke ruangan Sam.
Sam tersenyum mendapati cheryl di sana.

"Apa aku mengganggu? "

"Tidak, kemarilah." ucap Sam. Cheryl mendekat pada Sam. Ia ikut bersandar pada jendela.

Keduanya tersenyum tiba-tiba.

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang