Dua puluh dua

5.9K 468 62
                                    

Dengan cemas Ranna menunggu di depan ruang bedah. Nathan harus tetap di IGD karna banyak pasien yang membutuhkan pertolongan pertama. Setelah kurang lebih empat jam operasi pun selesai. Sam keluar lebih dulu dan Ranna langsung menyambutnya,begitupun dengan keluarga pasien.

"Bagaimana keadaanya dok?"

"Masa kritisnya sudah lewat. Pasien mengalami pendarahan hebat, beruntungnunya sudah di tangani dengan sangat tepat di awal. Pasien sudah di bawa ke ruang rawat" ucap Sam lembut.

Ranna tak mengatakan apapun, selain menghela napas lega. Kini
Ia tau bagaima Sam begitu di butuhkan oleh orang-orang lain. Sam baru menyadari bahwa Ranna ada di sana saat keluarga pasien mengucapkan terimakasih pada Ranna karna sudah membawa pasien ke rumah sakit.

"Iya sama-sama bu" ucap Ranna. Ranna memeluk wanita paruh baya dan anakknya itu. Sam meninggalkan mereka, Ranna pun menyusul Sam.

"Sam" panggil Ranna. Sam tak berhenti namun Ia memelankan langkahnya agar istrinya dapat menyusulnya.

"Kenapa di sini? Kamu bukannya libur?"

"Euhm.. aku pergi dan tidak sengaja bertemu pasien kecelakaan itu"

"Semalem ini? Kemana?"

"Kota tua"

"Ngapain?"

"Main" ucap Ranna. Sam berhenti dan menoleh pada Ranna. Sam sangat yakin Ranna tidak akan main sendiri. Tanpa bertanya sam sungguh tau dengan siapa Ranna pergi.

"Pulang lah sudah malam"ucap Sam. Ranna mengangguk.

"Kamu mau menginap di sini?" Tanya Ranna. Belum sempat Sam menjawabnya Ranna berbicara lebih dulu.

"Maaf aku tidak bermaksud mengatur atau mencampuri urusan kamu. Aku hanya ingin memastikan dan sepertinya itu pun tidak perlu. Terimakasih sudah menyelamatkan pasien hari ini. Mereka benar kamu dokter yang hebat. Aku pulang dulu ya.. dahh" ucap Ranna melambaikan tangannya dan meninggalkan Sam. Sam memandang Ranna yang menjauh. Ranna tak melakukan kesalahan apapun kali ini, Ia bahkan tak mengajak dirinya berdebat namun entah mengapa Sam merasa begitu kesal. Matanya memandang jaket yang di pakai Ranna. Itu jaket pria dan tentu bukan miliknya. Sam meninggalkan tempatnya berdiri.

***
Hujan kembali membasahi ibu kota siang ini. Ranna sengaja datang ke kantor siang karna dia harus melakukan interview di tempat lain. Ranna sedang berjongkok memberi makan anak kucing yang kedinginan Ia bahkan melepas scrafnya agar kucing tersebut tidak terlalu merasa dingin. Ranna mengaibaikan cipratan air hujan yang sedikit-sedikit membasahi pakaiannya. Hingga Ia merasa cipratan itu berhenti.

"Baju mu basah"ucap Revi dan ikut berjongkok memayungi Ranna.

"Revi..hai"sapa Ranna

Revi tersenyum lembut pada Ranna.
"Bawa saja ke tempat yang lebih tertutup."

"Aku takut" ucap Ranna. Revi tersenyum lagi. Ia mengangkat kucing itu dan berdiri. Ranna ikut berdiri.

"Sini aku yang pegang" ucap Ranna mengambil payung Revi.

Kucing itu terus memberontak dan menyakari Revi. Ranna memandang ngeri.

"Aku sudah mencoba tadi. Tapi dia seperti itu terus"

"Sepertinya dia sakit. Aku punya kucing di rumah dan kalau sakit dia akan begitu"

"Yah... Obatin dong"

"Aku dokter manusia Ranna"

"Terus gimana? Kasian"

"Kita bawa dia ke ruangan ku ya. Ada kandang kucing ku di sana. Nanti biar aku bawa ke dokter hewan"

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα