Tiga puluh Lima

8K 554 30
                                    

Ranna terus menahan tangisnya sepanjang perjalanan pulangnya. Ia berkali-kali berusaha meyakini bahwa ini bukan kenyataan bahwa ini hanya mimpi,bahwa Sam dan Nathan tak akan mungkin sekejam itu. Namun semakin Ia menycoba meyakini bahwa ini mimpi semakin pula Ia merasakan sakit. Karna yang terjadi adalah nyata, Sam tak hanya mengkhianatinya tapi juga ingin membuangnya dan Nathan, Nathan tak pernah benar-benar menjadi malaikatnya. Hatinya remuk redam, bahkan untuk sekedar bernapas pun Ranna merasa sulit. Hanya sampai sini saja kah? Semuanya akan berakhir. Pernikahan yang Ia dambakan harus usai di sini. Pernikahan yang tadi pagi masih terasa begitu indah kini tak tersisa apapun selain luka. Apa yang bisa Ranna lakukan selain terisak tertahan.
Ia sampai di rumahnya, tidak rumah Sam. Rumah yang sebentar lagi akan Ia tinggalkan, rumah yang nanti akan menjadi kenangan atau kalau bisa Ia tak ingin mengenang apapun. Dengan langkah lunglai Ranna masuk ke dalam. Setiap sudut rumah itu mengukir rasa sakit yang semakin dalam. Rasanya baru kemarin Sam membawanya ke rumah itu, suara tawa mereka, suara pertengkaran mereka, segala rencana dan harapan mereka terputar bagai kaset dalam kepala Ranna. Sejak kapan? Sejak kapan Sam ingin membuangnya? Sejak kapan Sam tak merencanakannya? Sejak kapan Sam mengkhianati nya, sejak kapan Sam tak lagi mencintainya? Atau bahkan Sam memang tak pernah benar-benar mencintainya. Lalu kalimat cinta Sam? Obrolan bersama mereka? Mana yang benar? Mana yang hanya kebohongan? Ranna menyentuh foto dirinya dan Sam yang berbaris tertata dengan rapi di dalam kamarnya. Benar, tak ada satu foto pun yang nampak Sam tertawa bahagia, sam tak pernah sekalipun merasa sebahagia saat bersama Cheryl. Tidak ada tawa lepas yang sering di lihatnya saat Sam bersama Cheryl. Itu alasannya, itu jawabannya. Jawaban dari semua pertanyaanya. Dulu Ia hanya dapat menduga-duga mengapa Sam memilihnya, mengapa Sam menikahinya. Kini Ia mendapatkan jawabannya, jawaban yang sungguh sering ia kira namun tak sekalipun Ia ingin  ini menjadi Nyata. Ranna mengambil satu foto pernikahan nya hanya di dalam sanalah Sam terlihat tersenyum. Ranna mengusap wajah Sam. Ia menjadi semakin marah dan kecewa. Ranna membanting semua foto yang ada di sana kecuali satu foto yang Ia pegang. Kemudian Ia berjongkok dan tangisnya kembali pecah.

"Apa saat itu kamu juga tidak bahagia Sam.." isaknya. Ranna terus menangis, melepaskan segala sakitnya. Berharap bahwa tiap tangisannya dapat meredakan sakit di hatinya.

***
Dengan cepat Sam masuk ke rumahnya berharap masih menemukan Ranna di sana. Namun nihil, Ia tau Ranna sudah pergi. Benar-benar pergi meninggalkannya. Tangannya membuka knop pintu kamarnya. Di tatapnya semua figura foto yang hancur, ya itu memang sudah seharusnya hancur. Hancur seperti pernikahannya. Sam berjalan menuju meja rias Ranna. Masih terdapat banyak make up Ranna di sana. Sam sungguh tau alasan Ranna tak membawa barang-barangnya bukan karna Ranna ingin kembali, Ranna hanya tak ingin mengingat sekecil apapun hal tentangnya. Sam menyentuh semua make up Ranna yang ada di sana, seakan dengan begitu Ia dapat menyentuh Ranna. Sam membuka laci meja rias Ranna dan rasa sakit semakin memenuhi hatinya saat Ia mendapati banyak sekali hadiah yang Ia berikan pada Ranna. Yang tersusun dan tertata Rapi. Sam tak pernah tau bahwa Ranna menganggap semua hadiahnya seberharga itu. Hadiah yang dulu mungkin Ia berikan dengan asal. Di antara itu semua ada satu yang paling di ingat Sam hadiah pertama Sam untuk Ranna, sebuah buku harian yang cukup tebal. Sam mengambilnya dan membukanya. Dibalin cover buku sudah tertempel foto pernikahan mereka.  Sam mungkin memang belum yakin Ia mencintai Ranna atau tidak. Tapi hari itu bahagia, entah perasaaan dari mana. Tapi sungguh hari itu Ia bahagia.

_Dear Diary...
Ini adalah catatan pertama ku. Maaf terlalu lama mendiamkan mu di dalam laci saja. Aku hanya ingin menulis sesuatu yang paling indah pada cerita pertama ku padamu. Seperti yang kamu tau, kamu datang pada ku di antarkan oleh seorang pria yang terlalu sempurna untuk menjadi seorang manusia. Seorang pria tampan dan hebat yang di kagumi banyak wanita. Kamu datang pada ku sebagai hadiah pertama darinya. Saat itu adalah hari ulang tahun ku, kamu tau kamu adalah hadiah pertama di ulang tahun ku dalam hidup ku. Aku tidak tau apa yang membuat suami ku memilih mu untuk di berikan pada ku sebagai hadiah pertamanya. Benar,pria itu kini adalah suami ku. Dia sah menjadi suami ku pagi tadi. Kamu tidak percaya bukan? Aku juga, rasanya sunggu seperti mimpi._

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Where stories live. Discover now