Sesi Curhat

90.8K 12.7K 976
                                    

Apa kabar? Masing menunggu Shaka dan adik-adiknya gak nih?
Lama ovi menghilang di cerita ini, wkwk
Untuk itu sayah minta maaf yang sebesar-besarnya 🙏🤭
Tenang, sekarang ovi usahakan untuk kembali melanjutkan cerita ini, semoga kalian masih menunggu mereka 😭😂

Jangan lupa vote dan komentarnya yah, ovi harap bisa seperti part sebelumnya, wkwk.
Jika vote dan komentarnya banyak, besok ovi up lagi, hehe

Selamat membaca 🧡

🍁🍁🍁

Malam ini sangat indah bagi Shaka, jutaan bintang di langit malam seakan menjadi teman baginya dikala asmara menyapa, menjadi teman yang seakan mengerti dengan suasana hatinya. Shaka sangat menyukai bintang, hampir tiap malam ia selalu berdiam di balkon kamarnya hanya untuk melihat bintang, ia akan sedih jika tak ada satu pun bintang dalam gelapnya malam.

Secangkir kopi dan sebatang rokok menjadi temannya malam ini, andai ada pasangan hidup yang menemaninya, mungkin malam ini akan terasa lebih bermakna.

"Bang, jangan biasakan merokok malam-malam," peringat Arghi, Shaka heran kapan adiknya datang, kenapa laki-laki itu tiba-tiba muncul di sampingnya?

"Rokok tuh nikmat, Ghi, kapan-kapan kamu harus nyoba deh, dijamin bakal ketagihan. sahut Shaka, ia menepuk kursi di sampingnya pertanda agar Arghi duduk di sana.

"Justru karena itu, aku gak mau menyengsarakan diri sendiri."

"Ya ya ya, calon dokter mah emang beda."

Shaka terkekeh, ia menepuk pundak adik kebanggaannya, harus Shaka akui jika Arghi yang paling waras diantara putra abinya.

"Merenung lagi?" tanya Arghi, yang sebenarnya terdengat sebagai pernyataan. Sebenarnya Arghi kurang suka melihat abangnya malam-malam menikmati kafein dan nikotin, apalagi itu terjadi hampir setiap malam.

"Mending sambil sholawatan deh, Bang, biar hidupnya lebih berguna," sindir Arghi.

"Abang cuma takut Si Afzal malah datang, malam Abang bakal rusak kalau dia ikutan nyanyi, apalagi pakai lagu korea yang pastinya malah amburadul."

"Ck, alasan saja!" Arghi mencebik kesal, Shaka memang ajaib, uminya bilang jika Shaka itu dia waktu muda, selalu bisa menjawab ucapan orang lain walau terkesan asal.

"Kiya sama Afzal sudah tidur?" tanya Shaka, pasalnya sekarang sudah jam 09.00 malam, dan biasanya jam segini mereka memang sudah harus tidur.

"Sudah."

"Abang yakin Si Afzal cuma ngibulin kamu, Ghi, sekarang dia pasti lagi nonton Blackpink," ujar Shaka terkekeh, kadang Shaka sebenarnya juga heran kenapa adiknya itu paling berbeda.

Shaka kembali menyesap rokoknya, sesekali ia menyesap kopi panas kesukaannya. "Cobalah, minum kopi di malam hari gak akan membuat kamu masuk rumah sakit," ujar Shaka memberikan cangkir kopinya, ia sebenarnya heran kenapa adiknya itu sangat menjaga kesehatan, padahal mau gaya hidup bagaimana pun, kalau memang belum waktunya mati ya tidak akan mati, begitu juga sebaliknya.

"Bang."

Shaka melirik adiknya, dari raut wajahnya Shaka bisa memastikan jika ada hal yang ingin Arghi ceritakan. Menjadi anak pertama mengharuskan Shaka untuk bisa menjadi tempat bagi adik-adiknya berkeluh kesah, menjadi penengah bila mereka bertengkar dan menjadi pelindung serta memastikan agar adik-adiknya dapat bahagia.

Kiblat Cinta ✓Where stories live. Discover now