Akhir Adalah Awal

118K 11.3K 1.7K
                                    

Lama ovi tidak melanjutkan kisah mereka, ovi minta maaf yah.
Jujur saja, feel untuk meneruskan cerita ini hampir hilang 😄

Ovi tahu kok part ini feel nya bakalan kurang terasa, tapi walaupun sedikit semoga kalian bisa merasakannya, apalagi pasti banyak yang sudah lupa dengan ceritanya, hehe.

Satu lagi, ini adalah part terakhir dari cerita ini, jadi selamat membaca 💜

🍁🍁🍁

Tiga bulan kemudian.

Hari ini Aizha akan wisuda, perjuangannya selama hampir 4 tahun di bangku kuliah terbayar sudah, memang bukan hal yang mudah bagi Aizha sampai menyandang gelar sarjana, apalagi di tahun terakhir ia juga harus menyandang gelar istri.

"Duh cantik banget sih, istrinya siapa sih ini?" tanya Shaka.

Saat ini Aizha tengah bercermin, Shaka yang baru datang langsung memeluknya dari belakang, sejujurnya ia bersyukur karena akhir-akhir ini Aizha jauh lebih kalem, mungkin efek kehamilannya juga yang membuat aura keibuan'nya keluar.

"Lepas dulu, A," ucap Aizha, pasalnya ia belum selesai ber'rias.

"Gak mau," tolak Shaka dengan manjanya, ia sengaja menyimpan dagunya di pundak Aizha.

Aizha mengembuskan napasnya, Shaka ini tipe orang yang dibaikin malah ngelunjak. Sejujurnya, Aizha sedang berusaha lebih sabar menghadapi Shaka, ia tidak mau anaknya mendengar keabsurd'an Shaka jika dirinya tak bisa menahan diri.

Bahaya jika anaknya nanti mewarisi sifat suaminya, bisa-bisa Aizha menua lebih cepat.

"Empat bulan lagi lahir, mau di sini sampai lahiran, atau langsung pindah ke Bandung aja hemm?" tanya Shaka.

Aizha membalikkan tubuhnya dan menatap suaminya dengan lembut.

"Aku ikut Aa saja," balasnya.

Tak ayal hal itu membuat Shaka bahagia, sejak awal ia memang berniat langsung pindah ke Bandung begitu Aizha lulus kuliah, hanya saja ia juga tak mau memaksa jika istrinya ingin di Jakarta sampai anaknya lahir.

"Makasih, Sayang," ucap Shaka memeluk Aizha.

Aizha melirik jam di pergelangan tangannya.

"Ayo, A, cepetan, nanti acaranya keburu mulai," ajak Aizha.

"Ayo, tapi Zha, aku boleh nanya satu hal gak?"

"Apa?" Aizha mengernyitkan keningnya.

"Akhir-akhir ini kamu kok gak pernah marah-marah lagi sih, Zha? Padahalkan aku selalu godain kamu," tanya Shaka sambil menaik turunkan alisnya.

Aizha hanya tersenyum, walaupun dalam hati ia sudah tidak tahan untuk menampol wajah Shaka.

Aizha memegang tangan Shaka dan mengusapnya.

"Aku cuma gak mau anak kita kayak kamu, A," balas Aizha dengan santainya.

Shaka membelalakan matanya, memangnya apa yang salah dengan dirinya? Ia sangat yakin 100% jika dirinya itu tampan, cerdas, dan idola wanita.

"Kalo gak kayak aku, terus kayak siapa Zha? Dia kan anak aku," protes Shaka, kesal.

"Wajahnya gak papa kayak kamu, A, tapi sifatnya jangan."

"Emangnya sifat aku gimana?"

Aizha menatap suaminya prihatin, kadang orang yang absurd itu tidak sadar jika dirinya limited edition.

"Susah di mengerti orang normal."

Shaka melotot, mau kalem juga ternyata ucapan Aizha tetap aja savage, ia sudah siap berperang dengan istrinya, tapi Aizha sudah ngacir duluan.

Kiblat Cinta ✓Where stories live. Discover now