Trauma Aizha

68.5K 9.9K 387
                                    

“ mata dibalas dengan mata, maka seluruh dunia akan buta.”

~~ Mahatma Gandhi ~~

***
"Zha, bangun, Zha hey!"

Shaka menepuk-nepuk pelan pipi Aizha, sepertinya istrinya ini mimpi buruk, Aizha terus meracau tak jelas, bahkan dia menangis dengan mata yang terpejam.

Aizha terbangun, ia langsung duduk dan memeluk Shaka, menangis di pelukan suaminya cukup membuatnya lebih tenang.

"Kenapa, hemm?" tanya Shaka dengan lembut, ia mengusap pelan rambut Aizha dengan penuh kasih sayang.

"Ini salah aku, aku pembunuh, Shaka, aku pembunuh," ucap Aizha dengan parau, getaran di tubuh Aizha sudah cukup membuat Shaka tahu jika keadaan istrinya tak baik-baik saja.

Shaka tahu, Aizar sudah memberitahunya tentang kejadian di masa lalu, hanya saja ia belum tahu apa yang terjadi setelah kejadian di rumah sakit.

"Bukan, Zha, semua di luar kehendak kita," balas Shaka.

"Enggak! Semua ini salah aku, Mas Bian seperti itu karena aku."

Ceklek.

Pintu kamar Aizha terbuka, Aizar masuk dengan raut wajah yang tak biasa, pria itu seperti tengah memiliki beban yang luar biasa.

Saat ini mereka memang berada di rumah orang tua Aizha.

Aizar menghampiri kembarannya, Shaka melepaskan pelukannya membiarkan Aizar menenangkan istrinya, bagaimana pun juga ikatan batin mereka sangatlah kuat.

"Zha," panggil Aizar.

Aizar duduk dengan satu kaki sebagai penyangga, ia memegang erat kedua tangan Aizha.

"Menangis saja, jangan di tahan," ucapnya.

Seketika tangis Aizha pecah, ia menatap Aizar dengan kerapuhannya, Aizar tak tahan, kini Aizha kembali ke masa terberat mereka beberapa tahun silam.

Aizar memeluk Aizha, mengelus lembut punggung kembarannya, tidak perlu mengucapkan banyak kata-kata untuk menguatkannya, cukup ada di sampingnya saja.

Percayalah, terlalu banyak memberikan kata semangat, saran atau pun nasihat, tidaklah membantu meringankan beban, karena tanpa sadar kadang kita malah menggurui dan merasa paling benar.

"Aiz, hiks hiks semua ini salah aku," racau Aizha terus-terusan.

"Gak ada yang salah, semua ini permainan takdir," balas Aizar, ia melepaskan pelukan mereka dan menangkup wajah Aizha.

"Percayalah, Zha, Mas Bian gak akan pernah bisa membenci kamu, amarah yang membuatnya gelap mata, saat dia menyakiti kamu, dia juga merasakan sakit yang sama," jelasnya.

"Walau dia mencoba mengelaknya," lirih Aizar, pelan.

Aizha yang sekarang bukanlah yang dulu, hal itu lah yang paling membekas bagi keluarganya, kejadian itu benar-benar membuat Aizha berubah.

Dulu, Aizha itu sangat manja, keras kepala, egois, 90% mirip maminya. Tapi sekarang, Aizha begitu dewasa, dia tak pernah lagi menyusahkan orang-orang di sampingnya, dia beranggapan bahwa sifat manjanya hanya akan membawa orang di sekitarnya dalam masalah.

Kiblat Cinta ✓Where stories live. Discover now