Pulang kampung

63.9K 10K 1K
                                    

Shaka dan Aizha saat ini berada di Bandung, lebih tepatnya di rumah orang tua Shaka, hal ini karena Shaka mau wisuda.

"Kamu mau wisuda aja, lah ... aku baru mau skripsi," keluh Aizha.

Bukannya simpati, Shaka malah menertawakan istrinya sendiri, di tatap tajam Aizha baru deh kicep.

"Kamu di kasih makan apa sih, Ka, sama Umi? Heran aku, kok bisa pinter banget, tapi kalo sama aku mendadak lemot," ujar Aizha.

Rasanya Shaka ingin menyentil mulut Aizha, tapi ia terlalu sayang dengan istrinya itu.

"Aku kan memang lebih tua dari kamu, Zha, wajar kalau aku lulus duluan," balas Shaka, "cuma ya kamu nya saja yang panggil aku nama doang, harusnya pake embel-embel apa kek, kualat loh!" sarkas Shaka.

Shaka bukan berharap terlalu tinggi, cuma ia selalu membayangkan saja Aizha memanggilnya dengan romantis, ya walaupun akan terasa lucu.

Aizha memutar bola matanya, ia beranjak dari ranjang Shaka, saat ini mereka memang berada di kamar Shaka waktu bujangan, ia menuju meja belajar suaminya dan melihat-lihat siapa tahu mendapat sesuatu.

"Mau, aku panggil Kangmas?" tanya Aizha dengan cuek, tapi percayalah jika dirinya tengah menahan tawa.

Shaka mengembungkan pipinya, ya kali ini era kerajaan, "terus, kamu mau aku panggil Nyimas?!"

"Hahahaha."

Tawa Aizha pecah, lagian ada-ada saja Si Shaka ini, sudah paling benar mereka saling memanggil nama, yang ada dirinya akan tertawa terus-terusan jika mempunyai panggilan sayang seperti suami istri pada umumnya.

Aizha menghampiri Shaka dengan langkah anggunnya, merangkul lengan suaminya dengan lembut, sesekali menggoda suami sendiri tidak dosa, kan?

"Ayo, Kangmas, kita cari udara segar, Adinda mau lihat-lihat pesantren," ujar Aizha dengan nada halusnya.

Shaka menatap heran istrinya, "Zha, kamu sehat?"

"Mari, Kangmas."

Alih-alih ingin tertawa, Shaka malah merasa ngeri, Aizha yang seperti ini benar-benar membuatnya merinding.

Shaka dan Aizha berjalan beriringan, biasanya mereka berjalan sambil berpegangan tangan, tapi saat ini istrinya malah tak lepas merangkul lengannya.

"Zha, jangan kayak gini ah, kamu kayak yang kesurupan," ujar Shaka.

Aizha melotot, ia ingin menggigit tangan suaminya, tapi ia juga masih mau mengerjai Shaka, salah sendiri terus-terusan memintanya tak hanya memanggil nama.

"Tidak boleh seperti itu, Kangmas, Adinda sakit hati loh."

Shaka memelas, wajahnya benar-benar memprihatinkan.

Mereka berjalan-jalan di sekitar pesantren, beberapa santri menyapa keduanya, bagaimana pun juga di pesantren itu adab yang paling utama.

"Ternyata di sini banyak juga santri yang ganteng," ujar Aizha.

Shaka langsung menatap Aizha dan mengusap wajah istrinya.

"Suami kamu lebih ganteng!" timpal Shaka.

Aizha mengernyit, apakah suaminya cemburu? Lah, ia kan cuma berbicara fakta, terlebih dirinya tidak bermaksud memanas-manasi Shaka.

"Iya, Kangmas lebih ganteng," ucap Aizha menahan tawa.

"Zha, ayolah balik lagi ke semula," mohon Shaka, apakah istrinya benar-benar kerasukan?

Lama mereka berkeliling pesantren dengan sikap Aizha yang benar-benar seperti putri keraton, vibes Aizha yang sangat berbeda membuatnya benar-benar kewalahan.

Kiblat Cinta ✓Where stories live. Discover now