Kebenaran

80.6K 11K 1.3K
                                    


Komentarnya lebih dari 100, besok ovi up lagi  😀

Maafkan bila feelnya gak dapat yah ☹️🙏

Selamat membaca 🧡

****

Pagi ini cuaca sangat cerah, begitu juga dengan suasana hati Shaka, entah apa yang merasuki Shaka sehingga pria itu sudah berpakaian rapi padahal baru jam 07.30 pagi. Tak hanya itu, Shaka bahkan mau membantu Alisa menyiapkan sarapan untuk keluarganya, dan Arghi dia suruh untuk memanggil adik-adiknya saja.

"Bang, kamu gak kerasukan, kan?" tanya Alisa, jujur saja ia merasa aneh pada putra sulungnya itu, kenapa Shaka pagi ini menjelma jadi anak yang rajin?

"Ya Allah, Umi, Abang lagi insyaf malah disangka kerasukan," jawab Shaka menggerutu kesal.

"Ya habisnya kamu jadi aneh gini, Bang, pasti ada maunya nih?" tebak Alisa, curiga.

Shaka menyerigai, ia memeluk Alisa dari belakang yang tengah memasak nasi goreng, dagunya ia simpan di pundak Alisa.

"Lepasin, Bang, Umi geli ih!"

Bukannya melepaskan pelukannya, Shaka malah semakin memeluk Uminya erat, "kalau Abang yang peluk Umi marah-marah, eh giliran Abi yang peluk malah kesenengan, Umi pilih kasih!" gerutu Shaka.

Alisa memutar bola matanya malas, ingin sekali ia menyuapi Shaka dengan nasi goreng yang masih panas, anak sulungnya ini kadang suka cemburu tidak jelas, persis seperti suaminya.

"Cepet bilang, mau apa? Umi sudah hafal sifat kamu kalau kayak gini pasti ada maunya!" kesal Alisa, ia melepaskan pelukan putranya dan memindahkan nasi goreng yang kini sudah matang.

Shaka mengambil sendok dan mencicipi nasi goreng buatan uminya. "Abang mau lamar seseorang, Mi, gak papa kan?" tanya Shaka.

Seketika gerakan Alisa terhenti, ia menatap putranya intens, Alisa bisa melihat kesungguhah dari mata putranya, tapi kenapa harus secepat ini? Bahkan bagi Alisa, Shaka masih bocah nakal yang harus ia awasi, Alisa belum rela jika harus melepaskan putranya itu.

"Bang, jangan aneh-aneh deh!" ujar Alisa, serius.

Shaka memegang tangan uminya, "Abang serius, Umi, Abang cinta sama seseorang," ucap Shaka penuh keyakinan.

"Kamu pacaran?"

Shaka menggeleng, walaupun dirinya nakal tetapi ia tidak pernah melanggar larangan terbesar yang abinya berikan.

"Abang mencintai dia dalam diam, Mi, bahkan perempuan itu tidak tahu kalau Abang mencintainya."

Alisa balik menggenggam tangan Shaka, ia kemudian membawa Shaka agar duduk, mereka kini saling berhadapan.

"Pernikahan bukan hal yang mudah, Bang, dulu Abi bisa membimbing Umi makanya pernikahan kami bisa bertahan sampai sekarang. Bukannya Umi tidak percaya sama kamu, tapi rasanya kamu masih terlalu muda, Bang, dan apakah kamu yakin jika perempuan itu akan menerima lamaran kamu?" tanya Alisa, "bagaimana jika dia menolak? Apakah kamu siap menerimanya?" tambah Alisa.

Shaka termenung, ucapan uminya memang benar, ia tidak tahu apakah Afra akan menerimanya atau justru malah menolaknya, ya walaupun Shaka selalu berkeyakinan jika Afra akan menerimanya, tapi kan tidak ada yang tahu masalah hati, terlebih ia bahkan belum pernah berkomunikasi dengan Afra, Shaka hanya mengawasinya saja dan menyapanya sesekali jika kebetulan berpapasan.

"Abang akan berjuang, Umi, bukankah kita harus memperjuangkan apa yang seharusnya kita perjuangkan?"

Alisa tersenyum, ia mengelus rambut putranya, entahlah hatinya justru merasa bimbang, Shaka begitu yakin dengan ucapannya dan sepertinya Alisa harus membicarakan ini dengan Gus Ali.

Kiblat Cinta ✓Where stories live. Discover now