Keputusan Arghi

85.4K 12.2K 1K
                                    

Sebelumnya ovi minta maaf karena tidak menepati janji waktu itu, butuh hati yang bahagia untuk menciptakan part ini, dan baru sekarang hal itu terjadi 😅

Semoga kalian menikmati part ini, dan berbahagialah ;-)

Moment manis tidak selalu tercipta dengan saling mengungkapkan rasa dan berpeluk mesra. Mungkin itu pesan yang ingin ovi sampaikan pada kalian dimulai dari part ini.

Selamat menikmati 🧡

Jangan lupa untuk berkomentar yah 😂

🍁🍁🍁

"Arghi sudah putuskan, Bi, Arghi akan ambil beasiswa itu," putus Arghi, saat ini mereka tengah makan malam, lengkap dengan dua keluarga.

Di kursinya Shaka mengernyit bingung, beasiswa apa maksud Arghi, ia sama sekali tidak mengetahuinya, Arghi sama sekali belum bercerita apa pun mengenai beasiswa padanya.

"Kamu yakin, Nak?" tanya Gus Ali, pasalnya hal ini terkesan sangat mendadak.

"Insya ‘Allah."

Di sisi lain Alka dan Aizar yang memang mengetahui tentang beasiswa itu tersenyum sekilas, keputusan yang benar menurut mereka.

"Nanti Om bantu urus untuk tempat tinggalnya, kebetulan Om punya kenalan di sana," sahut Alka.

Shaka hanya menyimak, akan terkesan tidak sopan jika memotong pembicaraan.

"Kalau Kakak pergi, nanti Umi sama siapa di rumah? Abang juga bakal tinggal di jakarta," keluh Alisa.

Gus Ali melihat istrinya, ia menggelengkan kepalanya heran, Alisa berbicara seakan tak rela Arghi pergi, padahal kenyataannya justru dia yang paling mendukung Arghi mengambil beasiswa itu.

"Kamu kira Mas gak bakalan ada di rumah juga?" sarkas Gus Ali. Mendengar hal itu Alisa malah cengengesan, dan tanpa malu memeluk suaminya, padahal ia sudah kepala empat.

"Tapi kan jauh, Mas, Belanda-Indonesia gak kayak Bandung-Jakarta," balas Alisa.

Uhuk uhuk.

Shaka seketika tersedak, apa tadi katanya? Belanda? Arghi mau pergi ke Belanda?

Aizha yang berada di sampingnya refleks memberikan Shaka minum.

"Belanda? Kamu mau ke Belanda, Ghi? Kenapa mendadak?" sahut Shaka, ia benar-benar terkejut dengan keputusan Arghi, apakah Arghi seperti ini karena masalah dengannya? Lantas, bagaimana dengan Afra/Nabila yang sudah adiknya ajak taaruf?

"Tidak mendadak kok, aku sudah memikirkannya matang-matang," balas Arghi, datar.

Tidak, ini ada yang salah. Tidak mungkin Arghi mengambil keputusan sebesar ini tanpa membicarakan dengannya, jelas sekali jika Arghi ingin menjauhinya.

"Nanti kamu di Leiden sampai lulus jadi dokter kan, Ghi?" tanya Aizar, Arghi mengangguk mengiyakan.

"Belajar yang benar, jangan sia-siakan kesempatan," pesan Aizar.

"Ini pasti karena masalah tadi," bisik Aizha.

Shaka menghela napas dalam, ucapan Aizha malah semakin menyudutkannya, entah itu disengaja atau tidak. Ia menatap Aizha seakan meminta saran, tapi istrinya malah acuh.

Selepas makan malam Aizha untuk pertama kalinya menghampiri Shaka lebih dulu, ia tidak tahu apa yang membuatnya seperti ini, tapi ia tidak bisa melihat Shaka sekalut sekarang.

Dengan canggung Aizha hendak menyentuh bahu Shaka, namun itu urung ia lakukan, beberapa kali mencoba ia akhirnya ia membeeanikan diri menyentuh bahu suaminya.

Kiblat Cinta ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora