Restu Abi

94.2K 11.8K 748
                                    

Sudah dua hari gak up, wkwk.
Jadi kangen kalian nih, hehe.
Masih menunggu Shaka, kan?
Yuk ramaikan 😍

Selamat membaca 🧡

****

Tak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, tak ada orang tua yang sanggup melihat anaknya terluka, dan tak ada orang tua yang ingin anaknya menderita.

Gus Ali bukan tak sayang pada Shaka, sesungguhnya Shaka adalah putra keaayangannya, Shaka ada harapannya dan akan selalu menjadi harapannya. Gus Ali hanya menjalankan aturan agama, lantas apakah ia salah memberikan hukuman itu pada putra sulungnya? Terlepas dari apa pun alasan di balik kejadian ini, sebuah tindak kejahatan tetap harus mendapat hukuman, bagaimana pun juga tindakan Shaka yang telah mengambil kehormatan Aizha tidaklah bisa dibenarkan.

Gus Ali paham, Shaka melakukan itu karena dalam pengaruh alkohol, tapi hal itu tidak dapat menjadi pembelaan agar Shaka terlepas dari hukuman, bagaimana dengan Aizha yang menjadi korban? Apakah Aizha harus mengikhlaskan saja musibah yang menimpanya karena Shaka melakukannya tanpa sadar?

Shaka saat ini masih tidak sadarkan diri, Gus Ali tak henti mengelus surai hitam putranya dengan penuh sayang. Yakinlah! Ia juga merasakan sakit yang putranya rasakan.

"Kapan Shaka sadar, Ka?" tanya Gus Ali, ia menatap nanar bekas cambukan di punggung Shaka yang sudah tak berbentuk.

Raka memang turut menemaninya, bahkan adik iparnya itu lah yang telah menangani Shaka, Gus Ali cukup bersyukur dengan kehadiran Raka di rumahnya.

"Sebentar lagi juga sadar, Mas."

Benar saja, tak lama kemudian Shaka membuka matanya, ia meringis saat merasakan sensasi perih dan panas di punggungnya. Shaka tidur dengan posisi tengkurap, ia melirik punggung tangannya yang sudah terpasang selang infus, ini pasti kerjaan om kesayangannya, om yang sudah ia kecewakan karena dirinya telah merusak keponakan kesayangannya.

"A-abi," lirih Shaka saat merasakan elusan di kepalanya, ia bisa melihat Gus Ali yang tengah tersenyum hangat padanya, apakah ini mimpi? Tak ada lagi tatapan tajam dari sorot mata abi-nya, tak ada lagi kemarahan bahkan kekecewaan dari sorot mata abi-nya, ingin rasanya Shaka memeluk abi-nya itu dan memastikan jika ini memang nyata, tapi apalah dayanya yang kini hanya bisa terbaring lemas.

"Jangan bangun, Bang!" perintah Gus Ali saat melihat putranya berusaha untuk duduk.

"Abang ingin lihat Abi," lirih Shaka dengan mata yang berkaca-kaca.

Akhirnya Gus Ali dan Raka membantu Shaka duduk walaupun anak itu tampak kesakitan, sepertinya efek pain killer yang Raka berikan sudah berkurang.

"Maafkan Abi karena sudah memberikan hukuman seberat ini padamu, Nak," ucap Gus Ali.

Shaka menggeleng keras, abi-nya tidak perlu meminta maaf, di sini ia lah yang salah, dan ia memang pantas mendapatkan hukuman ini. Shaka mengambil tangan Gus Ali dan menciumnya dengan penuh rasa hormat, bahkan air mata Shaka menetes di tangan abi-nya itu.

"Maafkan Abang, Abi, Abang sudah membuat aib untuk keluarga kita, maafkan Abang, Abi, hiks hiks," ujar Shaka terisak pilu.

"Abi sudah memaafkan kamu bahkan sebelum kamu meminta maaf," balas Gus Ali sambil menghapus air mata putranya, izinkan ia untuk menjadi penguat untuk Shaka saat ini.

"Boleh Abang peluk Abi?" pinta Shaka sambil menunduk, Shaka hanya takut akan kehilangan pelukan hangat yang selalu ia rasakan dari abi-nya itu, pelukan yang akan membuatnya bisa tertidur tenang.

Gus Ali terkekeh pelan, tanpa kata ia membawa Shaka ke pelukannya, memberikan kekuatan pada putranya bahwa ia tidak akan pernah meninggalkan Shaka seorang diri dalan menghadapi masalah yang dialaminya.

Kiblat Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang