Lembaran Baru

84.3K 10.4K 1.9K
                                    

Dua minggu kemudian.

"Iz, lo gak bak bakalan bunuh dia, kan?" tanya Shaka, cemas.

Saat ini Shaka dan Aizar berada di ruang rahasia, di depan mereka terdapat Afra dengan tangan dan kaki yang di rantai, wanita itu berdiri dengan payah, tubuhnya sudah penuh dengan luka.

Shaka cemas bukan main, apakah Aizar tidak memberi wanita itu makan? Dan, apakah Aizar selama ini menyiksa wanita itu? Tapi, bukankah Aizar tidak pernah melukai wanita?

Aizar tak menjawab, tatapan laki-laki itu benar-benar berbeda, matanya memiting tajam dengan bibir sesekali menyerigai.

Aizar menatap Shaka sekilas, lagi-lagi laki-laki itu menyerigai, demi apa pun juga Shaka merasa Aizar yang sekarang sangat berbeda.

"Iz, l-ini lo, kan?" tanya Shaka.

Demi apa pun juga, Aizar seperti psikopat yang haus darah.

Aizar menghampiri Afra, tangannya memegang sebilah pisau yang sangat tajam.

"Lo itu cantik, tapi licik," bisik Aizar.

Afra terlihat sangat ketakutan, Aizar benar-benar seperti monster, tak lama setelahnya Aizar menempelkan ujung pisau itu di pipi Afra, pelan namun pasti, Aizar menggores pipi Afra dengan pisau itu.

"Akhhh," erang Afra kesakitan.

"Eling, Iz, eling!" teriak Shaka, tubuhnya sudag bergetar saja, ingin rasanya ia menghampiri Aizar dan menghentikan kegilaan lelaki itu, tapi entah mengapa ia bahkan tidak bisa melangkah selangkah pun, tubuhnya terlalu shock melihat kekerasan yang terjadi di depannya.

Ingin pergi dari tempat ini pun tidak bisa.

"Bagaimana, menyenangkan bukan?"

Aizar tertawa puas melihat darah segar mengalir dari pipi Afra, melihat wanita itu kesakitan membuatnya merasa bahagia.

"Cup cup cup, jangan nangis," ujar Aizar dengan wajah memelasnya, dia membelai rambut Afra dengan lembut.

"Akhhhh," pekik Afra saat Aizar tiba-tiba menjambak rambutnya.

"Lo pikir gue bakal maafin lo, hemm?" mata Aizar menyorot tajam, "gue gak bakalan biarin lo hidup!" bisiknya.

Aizar menyimpan pisaunya di leher Afra.

"Ma-maaf hiks hiks, to-tolong maafkan aku hiks hiks," mohon Afra, ketakutan.

"Iz, jangan bunuh dia iz," mohon Shaka.

Aizar tak memedulikan ucapan Shaka apalagi permohonan Afra, melihat ketakutan Afra justru membuatnya semakin terpacu menyiksa rubah betina itu.

Slashhh.

Aizar kembali menggores pipi Afra, ia kemudian menjilas darah Afra yang tersisa di pisaunya.

"Manis," ucapnya memejamkan mata.

Shaka sudah tak bisa berkata-kata, ia yakin Aizar kerasukan syaiton, pria itu benar-benar harus di rukiah.

Aizar membenarkan pisaunya, dia melihat Shaka yang kini menggelengkan kepalanya.

"Jangan, Iz, jangan," mohon Shaka.

Aizar tersenyum smirk, ia kembali melihat Afra, dan ...,

"Aizar, stop!!"

"Akhhhhh!"

Darah seketika bercucuran, Afra memuntahkan darah dari mulutnya saat Aizar menusuk perutnya dengan cepat.

"Hahahahahha."

****

"Aa, bangun hey!"

Aizha menggoyangkan tubuh Shaka sekuat tenaga, ada apa dengan suaminya ini? Tidur kok teriak-teriak?

Kiblat Cinta ✓Where stories live. Discover now