Jebakan

56.3K 9K 1K
                                    

Bismillah dulu yah.
Jangan emosi, tahan ... tahan! 😂

****

"Huft..."

Helaan napas terdengar ketika Afra sudah sampai di salah satu kamar hotel, dua orang pria berbadan tegap menidurkan Shaka di ranjang, setelahnya mereka pergi.

Afra tersenyum culas, ia mendekati Shaka yang masih tidak sadarkan diri, duduk di sisi ranjang dan menatapnya dengan pandangan benci.

"Ada harga yang harus dibayar untuk perbuatan keluarga kamu!" ucap Afra, pelan namun penuh penekanan.

Afra memejamkan matanya, tangannya terkepal ketika teringat hari-hari terburuk sepanjang hidupnya, setiap kejadian yang membuatnya trauma sampai saat ini, hingga akhirnya ia dikejutkan dengan sebuah kebenaran, andai saja ... mungkin ia tidak akan mengalami itu semua.

Tak lama kemudian Afra keluar, belum saatnya, permainan bahkan belum di mulai. Ahh ... Afra tidak sabar melihat pria itu hancur, sama seperti hidupnya.

"Persiapkan rencana selanjutnya!" titah Afra pada anak buahnya.

🍁🍁🍁

18.15 WIB

Aizha berulang kali melihat ponselnya, sesekali ia tampak menghubungi seseorang, siapa lagi kalau bukan suaminya, namun lagi-lagi tak ada jawaban dari Shaka.

Aizha bisa duduk dengan tenang di ruang tamu, wajahnya tampak biasa saja, namun jangan tanyakan bagaimana hatinya, antara kesal dan khawatir, ia memang terbilang ahli dalam menyembunyikan perasaan, wajah tenangnya selalu bisa menipu semua orang.

"Apa dia lupa punya istri di rumah?" ucap Aizha, datar.

"Angkat Shaka! Kamu gak lagi macem-macem kan sama cewek itu?" gumam Aizha setengah dongkol.

Ting.

Sebuah pesan dari nomor tidak di kenal masuk ke ponselnya.

Aizha mengernyit bingung, apa maksud pesan ini? Tertera sebuah alamat di dalamnya, apakah si pengirim menginginkan ia pergi ke tempat itu?

Suami kamu ada di sana.

Kembali ia mendapatkan pesan dari nomor itu, tanpa pikir panjang Aizha bergegas mengambil tasnya dan pergi untuk mencari taksi.

Drtt drttt.

Sebuah panggilan masuk menghentikan langkah Aizha.

"Assalamu'alaikum," ucap Aizha.

Di sisi lain.

"Sudah?" tanya Afra pada salah satu anak buahnya.

"Sudah, Nona."

Afra mengibaskan tangannya menyuruh mereka pergi, ia masuk dan mendapati Shaka sudah tak memakai baju, pria itu masih belum bangun juga, obat bius yang ia berikan memang cukup banyak, tentu hal itu untuk melancarkan rencananya.

Afra melirik jam di tangannya, jika semua sesuai rencana maka 15 menit lagi Aizha akan sampai, dan ya ... efek obat biusnya juga akan habis, dengan begitu Shaka akan bangun di waktu yang tepat.

Afra mendekati Shaka, ia membuka bajunya dan hanya menyisakan dalaman saja. Afra naik ke ranjang, tidur di sisi Shaka dan memeluknya, tak lupa ia memposisikan Shaka agar menghadapnya, mereka terlihat tengah berpelukan layaknya sepasang kekasih.

"Maaf, Gus, aku terpaksa melakukan ini," bisik Afra sambil membelai wajah Shaka.

"Kamu harus hancur," ucapnya lagi, "sama seperti aku."

15 menit kemudian.

Shaka melenguh pelan, ia mendesis ketika kepalanya terasa sangat pusing, perlahan ia membuka matanya menyesuaikan cahaya yang masuk.

Kiblat Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang