Si pengacau

81.1K 11.9K 363
                                    

Tok tok tok.

“Bang, buka pintunya, Bang!” teriak Afzal dari luar.

Shaka yang sedang mimpi indah sontak saja terbangun mendengar teriakan adik bontotnya, Afzal memang selalu merusak kenyamanan hidupnya saja, ingin rasanya Shaka membuang anak itu dari rumah, tapi Alisa bisa-bisa mengeluarkannya dari kartu keluarga.

“Apaan sih?! Pagi-pagi bikin rusuh saja!” kesal Shaka setelah membuka pintu. Lihatlah! Bukannya takut, Afzal malah nyengir dan masuk begitu saja ke kamarnya.

“Tutup pintunya, Bang! Afzal punya informasi penting,” titah Afzal layaknya seorang bos, anak ini memang tidak ada takut-takutnya sama Shaka, sangat berbeda jika sudah berhadapan dengan Arghi.

Malas berdebat, Shaka menutup pintunya dan mendekati adik bontotnya itu.

“Sini duduk, Bang, adik manismu ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting. Anggap saja ini kamar sendiri yah, Bang.”

Shaka melongo tak percaya, ia menonyor kepala Afzal saking kesalnya, bukan marah tapi ia gemas saja dengan ucapan Afzal yang kelewat percaya diri.

“Heh, Bocah, ini mah emang kamar Abang!”

Afzal malah cengengesan dan mengusap-ngusap lengan Shaka, memancing emosi Shaka memang kesukaannya, habisnya dua kakaknya yang lain tidak seru diajak becanda.

“Kamar abang itu kamar adiknya juga, jadi, Abang gak boleh esmosi.”

“Sakarepmu lah, Dek!” Meladeni ucapan Afzal bukanlah hal yang baik, anak itu terlalu pintar untuk melawannya  “Mau apa nemuin Abang?” tanya Shaka, sudah pasti Si Afzal ada maunya jika sampai seperti ini.

Afzal langsung menatap Shaka serius, ia memberikan ponselnya dan menunjukan sebuah brosur tentang world tour Blackpink di jakarta.

“Gak! Anak kecil gak pantes lihat ginian!” sarkas Shaka, pasalnya ia sudah paham apa maksud Afzal, sudah dipastikan jika adik bontotnya itu ingin melihat konser Blackpink.

“Abang, ayolah Afzal pengen ketemu Jennie,” bujuk Afzal dengan wajah memelasnya.

“Kamu gak bakalan ketemu dia, Dek, kamu cuma lihat doang, kalau ketemu itu kalian saling tatap-tatapan,” gemas Shaka.

“Ya gak papa, setidaknya Afzal bisa lihat Jennie di dunia nyata,” rengek Afzal, anak ini masih ngotot saja.

Shaka mengacak rambutnya, kalau cuma beliun Afzal perintilan Blackpink sih masih bisa diusahakan, tapi kalau nonton konsernya mana mungkin, yang ada ia malah kena amuk abinya.

“Gak usah mengada-ngada deh, Dek, kamu pikir Abi bakal kasih izin? Ngefans boleh, tapi jangan kelewatan, nonton konser Blackpink hal mustahil bagi kamu,” nasihat Shaka.

“Tapi, Bang—”

“Apa lagi? Lagian emangnya kamu punya uang buat beli tiketnya?” tanya Shaka, ia melihat bau-bau mencurigakan dari tingkah Afzal.

“Punya lah, Afzal punya 100 ribu, satu jutanya lagi dari Abang,” jawab Afzal sambil cengengesan.

Nah kan, adiknya ini memang tak tahu diri, mentang-mentang ia sudah punya perkerjaan sendiri jadi bisa seenaknya minta uang.

“Dikira cari uang itu mudah apa?! Gak, pokoknya untuk hal ini Abang gak akan bantuin! Bukan karena uang, tapi Abang juga gak izinin kamu melihat beginian,” tegas Shaka.

Afzal memberenggut sedih, jika Shaka sudah menolaknya ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, meminta pada Arghi sama saja dengan bunuh diri, kakaknya itu yang ada malah akan mengadukannya pada Gus Ali.

Kiblat Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang