Tetangga julid

79.9K 10.7K 1K
                                    

Vote nya jangan lupa yah.
Kalian senang, ovi pun senang 😃

Komentar per paragraf dong, wkwk

Selamat membaca 🧡

****

****

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


A

izha masih terus memikirkan pesan yang diterimanya tadi, kenapa kata-katanya sepertu teka-teki?

Matahari, bintang, kegelapan.

Apa maksud dari itu semua? Dan, siapa yang si pengirim misterius ini? Semuanya menyisakan tanda tanya besar.

Ia sudah mencoba menghubungi nomor itu berkali-kali, tetapi nomornya tidak aktif.

Aizha mengusir semua pikiran-pikiran aneh dalam kepalanya, sekarang sudah lewat ashar, ia harus membeli bahan-bahan untuk memasak.

Aizha mengambil sisa uang pemberian Shaka, hanya tersisa 30 ribu. Aizha memelas, cukup buat apa uang 30 ribu? Sepertinya ia memang masih belum bisa hidup irit. Tapi jajan 70 ribu itu sudah termasuk rekor baginya, biasanya ia menghabiskan setidaknya 150 ribu hanya untuk makan siang di kampusnya.

"Mau ke mana, Zha?" tanya Shaka saat melihat istrinya hendak ke luar.

"Mau beli bahan buat masak."

"Mau aku antar?" tanya Shaka menawarkan.

"Gak usah, aku bisa sendiri kok," balas Aizha.

Aizha kemudian melanjutkan langkahnya, namun lagi-lagi Shaka menahannya.

"Apa lagi sih?" kesal Aizha.

Shaka malah tersenyum, ia kemudian mengulurkan tangannya di hadapan Aizha, Aizha sendiri malah mengernyit bingung.

"Salim dulu sama suami, Zha," titah Shaka.

Aizha malas berdebat, ia mengambil tangan Shaka dan menempelkannya ke pipi dengan asal.

"Yang bener dong, Zha," protes Shaka, "salimnya pelan-pelan, terus tangannya di cium, jangan lupa tersenyum," tambah Shaka sambil mengedipkan matanya.

"Banyak maunya!"

Aizha mengulangi tata cara bersalaman sesuai perintah Shaka, ia kemudian tersenyum paksa. "Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, Humairah."

"Gak usah sok romantis, deh!"

Shaka sampai melongo, kenapa istrinya berbeda? Ia sudah sangat yakin Aizha akan tersipu, eh nyatanya tak sesuai harapan.

Aizha sampai di sebuah warung, ia menyapa beberapa ibu-ibu yang sepertinya sedang membeli bahan masakan juga.

"Mau belanja, Neng?" tanya salah satu ibu-ibu berbadan kurus.

"Iya, Bu," balas Aizha dengan ramah.

"Bu beli tempenya satu yah, Bu," ujar Aizha, ia kemudian memilih-milih sayuran yang terlihat masih segar, mana mungkin ia hanya menghidangkan tempe doang untuk makan nanti.

Kiblat Cinta ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat