2

46 6 4
                                    

"Nenek, speedometermu hampir pecah, tuh! Astaga, hati-hati!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nenek, speedometermu hampir pecah, tuh! Astaga, hati-hati!"

Ling termegap di sebelah Wei yang sejenak menanggalkan identitas desainernya untuk menjadi pembalap di jalanan Lujiazui. Ia berjalan pada batas tertinggi kecepatan aman, tetapi para gadis tampaknya tidak sanggup menangani itu. Ya, Mingmei yang duduk di belakang pun sampai mengenakan sabuk pengaman, komat-kamit memohon keselamatan.

"Kau, sih! Sudah kubilang, kan, setel alarm! Kita mau ketemu Direktur Feng ini, Direktur Feng!" Pria kurus yang Ling panggil 'Nenek' memutar kemudi gila-gilaan.

Wei sudah menyerupai orang sinting yang matanya digantungi duffle bag

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wei sudah menyerupai orang sinting yang matanya digantungi duffle bag. Bekerja sama dengan tim Kevin Huo menguras tenaganya hingga ia bangun 45 menit sebelum janji temu. Padahal, memperhitungkan lalu-lintas Lujiazui yang biasanya bergerak selambat kungkang, harusnya ia bangun dua jam sebelumnya. Ling yang juga ketiduran gara-gara asyik minum semalam, tentu saja, adalah orang pertama yang didampratnya. Mingmei yang menginap tapi bangun sama siang (karena menemani Ling minum) juga kena sembur. Andai jalanan yang diambilnya sepadat biasa, pasti jalanan itu akan dihujat pula oleh Wei.

"Kalau kau menyetir seperti ini, mana bisa aku dandan?" amuk Ling yang terguncang-guncang di joknya. "Katamu aku harus menampilkan kesan baik di depan Direktur Feng!"

"Terlambat, dasar tukang molor! Kalau memang niat memberikan kesan baik, bangun lebih pagi!"

"Benar-benar tidak sopan! Begini-begini, aku lahir lebih dulu darimu!"

"Cuma setahun lebih tua saja sombong! Berisik!"

Ling membuang muka, menengok jalanan, dan baru sadar bahwa mereka semakin dekat dengan kantor pusat Kevin Huo. Panik, ia mengeluarkan base dari tas riasan, membuat beberapa botol dan tabung make-up terhambur keluar. Wei menyambar apa saja yang terjangkau dari kursi pengemudinya sambil berdecak, lalu mengangsurkan kosmetik pada Ling tanpa berpaling dari jalanan.

Diam-diam, Mingmei kegelian mengamati kakak-beradik yang cepat bertengkar dan cepat rujuk itu.

Sepuluh meter menuju halaman parkir Kevin Huo, akhirnya Ling selesai berdandan setelah berakrobat dengan bedak, lipstik, serta maskara. Ia mengembuskan napas lelah seraya mengemasi peralatan berhiasnya, lantas bersandar ke kepala kursi. Matanya dipejamkan, membayangkan seperti apa pertemuan pertamanya dengan Direktur Feng yang konon sangat brilian itu. Belum-belum, dadanya sudah bergemuruh.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now