10

15 3 2
                                    

[Selamat pagi, Tuan Feng, ini Zhang Ling

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Selamat pagi, Tuan Feng, ini Zhang Ling. Maaf mengganggu istirahat Anda. Bagaimana keadaan Anda? Semoga Anda segera sehat kembali.]

Dari mana dia mendapatkan kontakku? batin Xiang. Staf yang mengetahui kontak pribadinya cuma beberapa gelintir, itu pun sudah senior, jadi melacak siapa yang memberikan kontaknya akan sangat mudah. Kenyataannya, hal tersebut tidak pernah terjadi selama bertahun-tahun sehingga privasi Xiang terjaga secara penuh—sekaligus mengisolirnya dari sirkelnya sendiri. Setiap model, fotografer, dan kepala proyek apa pun yang berusaha bersahabat dengannya pasti akan dihadang para manajer, lalu diberi kontak resmi dari agensi sebagai gantinya. Wajar saja jika ponsel pribadi Xiang selalu sepi notifikasi.

Namun, si pengirim pesan pastilah bukan akun agensi jika dilihat dari ID-nya. Lagi pula, akun formal Ling sudah mengirimkan pesan 'semoga lekas sembuh' ke ponsel agensi Xiang, jadi pesan masuk ini jelas dari akun pribadi.

Janggalnya, daripada terancam, Xiang diam-diam tersenyum tipis. Pesan dari Ling tidak berbahaya dan terkesan tulus. Bukankah hubungan antar rekan kerja harusnya seperti ini? Untuk pertama kali—ralat, kedua kali—sepanjang kariernya, Xiang merasa punya sahabat dan rahasia kecilnya sendiri. Tidak manajer atau sopir boleh melihat senyum Xiang ini atau mereka akan mengorek isi ponselnya.

Sayang sekali, masih belum waktunya Ling bersahabat dengan Xiang. Koleksi Fenghuang belum resmi diluncurkan. Jika proyek ini layu sebelum berkembang, persahabatan mereka akan berakhir dan menyakiti kedua pihak. Tidak ingin Ling terluka seperti seseorang di masa lalunya, Xiang dengan berat hati menghapus pesan Ling tanpa membalasnya.

Akan kubalas saat kita bertemu langsung, Nona Zhang. Maaf.

Tak lama kemudian, Xiang dikagetkan oleh panggilan masuk. Dari Yang. Bukannya lega atau senang seperti biasanya, pria muda itu justru tergeragap seperti orang tertangkap basah berbuat jahat. Dia tak mengira menghapus pesan dapat menimbulkan rasa bersalah begitu besar. Lekas-lekas diangkatnya telepon tersebut.

"Halo."

"Feng Xiang," panggil Yang lembut, tetapi Xiang tahu ketika nama lengkapnya disebut alih-alih 'A-Xiang', sebuah teguran telah menunggu. "Bagaimana keadaanmu?"

"Baik, Kak."

"Mereka bilang kau dehidrasi berat hingga diinfus. Sudah cukup segar?"

Xiang berharap ada kekhawatiran dalam pertanyaan Yang ini, tetapi tidak. Jawaban Xiang bagai lampu lalu-lintas: 'aku sehat' artinya hijau—dan maksud Yang sebenarnya akan segera terungkap. "Sudah, Kak. Dehidrasiku tidak separah itu."

"Syukurlah. Aku boleh bertanya beberapa hal?"

Lihat? Bagi yang terbiasa menerima panggilan Yang, suara lembut ini justru mengintimidasi. Xiang kembali tersenyum tipis, jenis yang akan disunggingkan pesakitan menjelang jatuhnya vonis. "Boleh, tentu saja."

"Kudengar penyebabmu muntah-muntah adalah fobia ketinggian?"

"Ya."

"Dan, yang menemukanmu pingsan pertama kali adalah Zhang Ling?"

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now