11

7 3 1
                                    

"Sirkuit api dinyalakan sekarang!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sirkuit api dinyalakan sekarang!"

Ling yang sedang berdiri di dasar tangga paviliun terkesiap mendengar seruan staf, tetapi ia segera mengondisikan ekspresi sesuai peran.

Fenghuang tidak takut api. Ling memantrai dirinya berulang-ulang. Fenghuang tidak takut pada—

Api. Membumbung dua kali lipat lebih tinggi dari proyektor yang terpasang dua meter saja di sebelah kiri Ling. Kaki sang peragawati melemas, seluruh indranya kontan mati rasa. Bahkan setelah 'action!' diteriakkan dan Xiang mulai berjalan memutar, Ling masih terpaku dengan napas memburu.

Seiring langkah tenang Xiang, api di labirin merembet menuju Ling.

"Cut! Nona Zhang, kau bisa mendengar kami?"

Bukan cuma terengah-engah, gigil di tubuh Ling pun menjadi jelas. Ia tidak mendengar seruan sutradara barusan; benteng api yang perlahan terbentuk seakan menulikannya. Ling mencoba fokus pada Xiang, tetapi api yang mengelilingi selalu menggagalkan usahanya. Begitu besar, ia akan tertelan ....

"Tolong matikan sirkuitnya," ucap Xiang lantang kepada para piroteknisi—dan set kontan menggelap. Ia lantas berlari memutari paviliun, menghampiri rekannya. "Nona Zhang, apinya sudah padam."

Barulah Ling terseret kembali ke kenyataan. Ia mendongak menatap Xiang dengan mata tergenang, satu jatuh menetes dan menghapus bedak dalam jejaknya. Ling mengutuk dalam hati; make-up yang dilunturkan air mata ketakutan itu mau berapa kali di-retouch?

"Apa yang Anda rasakan?" tanya Xiang.

"Sesak .... Udara begitu panas, dada saya terbakar ...." Ling menelan ludah sebelum memaksakan sebuah senyum. "Tapi, saya sudah baik, kok. Maaf, Tuan Feng."

"Anda belum baik." Xiang menyimpulkan cepat karena napas Ling masih tersendat-sendat dan tubuhnya gemetaran. "Tarik napas dalam, Nona Zhang."

Semakin lama Xiang menuntun napasnya, semakin jernih pikiran Ling, tetapi hanya sebentar. Kekecewaan memperkeruhnya kembali, lebih-lebih ketika beberapa orang kru melangkah ke area paviliun, termasuk Wei. Air mata Ling tak terbendung lagi seiring dengan banyaknya pertanyaan 'ada apa?' dari sekitar.

Atas masukan Xiang, sutradara mengizinkan Ling menenangkan diri dulu di dalam paviliun. Wei menuntunnya kepada Mingmei yang siap dengan jaket dan segelas air. Gadis itu kemudian duduk di antara adik dan manajernya.

"Aku tak punya fobia api, lalu kenapa sekarang?"

... adalah pertanyaan pertama Ling untuk dirinya sendiri usai menandaskan segelas air. Wei yang mengusap-usap punggungnya menoleh.

"Apa yang kutakutkan, Wei?" tanya Ling lagi; wajah coreng-morengnya menghadap sang adik yang tak pernah sebegini mengasihaninya. "Staf sudah memastikan keamanan para model. Di take sebelumnya juga tidak ada masalah dengan api, lalu kenapa aku takut? Padahal aku sudah berjanji pada diriku untuk menghadapi ketakutanku di depan kamera, tapi kenapa aku malah mundur dan menyusahkan semuanya?"

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now