29

10 2 0
                                    

Kedua lengan Ling melingkari tubuh Xiang yang berlumur keringat, lalu meremas bagian belakang T-shirt pria itu sembari memeluk erat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kedua lengan Ling melingkari tubuh Xiang yang berlumur keringat, lalu meremas bagian belakang T-shirt pria itu sembari memeluk erat. Untuk apa Xiang berlari-lari? Mengejar Ling? Bahkan setelah Ling menunjukkan betapa tidak layak dirinya menyandang posisi duta?

Namun, pelukan Xiang telah meruntuhkan pertahanan Ling. Ia terisak hingga sulit bernapas dan terbatuk sesekali. Wajahnya sakit karena otot mukanya berkerut di sana-sini. Persetan dengan semuanya; Ling sedang butuh pundak untuk berkeluh-kesah, lalu bagai mukjizat, Xiang menjangkaunya duluan.

"Ini semua salahku. Semua orang pergi karena keegoisanku. Yang datang padaku hanya berniat menyalahkanku .... Aku seburuk itu!" ucap Ling terbata-bata di sela tangisnya. "Aku harusnya bersikap baik. Aku harusnya tetap disiplin, menghormati semua staf, dan mengabaikan model-model pendamping yang marah padaku, bukan menyerang balik. Benar, kan, Feng Xiang? Cuma dengan begitu aku layak di Kevin Huo, kan?

"Tapi," cengkeraman Ling pada kaus Xiang semakin kuat, "aku terlalu marah! Dadaku sudah terlalu sesak kalau harus menahan perasaan buruk sebanyak itu. Aku ingin menghancurkan semuanya! Aku ingin membuang semuanya!

"Aku ingin menghilang saja .... Maafkan aku, Feng Xiang, aku benar-benar lelah ...."

Peluh melembapkan wajah Ling yang nyaris tak bermekap. Pelukannya kini tak sekuat sebelumnya. Belaian Xiang yang konstan berhasil melunturkan ketegangan dan kemarahan Ling, kemudian turunlah lengan Ling dari punggung Xiang, meninggalkan bekas kusut di kaus yang tercengkeram.

"Tidak ada salah dan benar, Ling. Marahmu, sedihmu, semua bisa diterima," kata Xiang. Ling menarik diri darinya—dan ia terenyuh ketika Xiang dengan hati-hati mengusap wajahnya, mengeringkannya. "Bahkan keinginanmu untuk menghilang, kelelahanmu ... kau tidak perlu memungkirinya."

"Tapi, kau tidak pernah mengungkapkan rasa yang sama. Kau selalu tampak sempurna, bersikap baik kepada semua orang sehingga mereka menghormatimu. Duta mestinya bersikap sepertimu, tapi aku—" Ling mencebik. "Aku—"

"Tidak ada 'mestinya'. Segala tekanan yang kaudapat telah membuatmu bertindak di luar standar yang kutetapkan. Itu wajar. Kamu terluka, tetapi aku cuma berpikir kamu harus menjaga citramu sebagai duta." Xiang merangkum wajah Ling, mengusap pipi perempuan itu dengan kedua ibu jari. "Kamu benar, aku tidak pernah cukup ada sebagai sahabatmu."

Beringsut menyandari dinding pembatas rooftop, Xiang kini duduk menyebelahi Ling. Perlahan Xiang membawa kepala Ling untuk bersandar di bahunya, sebuah ajakan yang diikuti Ling tanpa perlawanan. Dalam keadaan biasa, Ling pasti sudah gugup setengah mati, tetapi ia sekarang hanya ingin pulih—dan bahu Xiang adalah tempat rehat yang sangat tepat.

Selama beberapa waktu, tidak ada yang bicara. Keheningan diisi belaian Xiang yang agak kikuk—tetapi tulus, konstan, menghipnotis—ke rambut Ling. Tangan itu lama-lama menemukan kenyamanannya sendiri di antara helaian rambut Ling yang kaku karena hair spray, lalu kepala Xiang ikut miring sedikit ke sisi Ling. Napas yang berjalan dengan kecepatan masing-masing berangsur seirama. Pikiran Ling yang kusut pun mulai tertata.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now