36

10 2 0
                                    

"Feng Xiang!" "Kakak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Feng Xiang!" "Kakak!"

"Jangan tertawa!"

Bukannya berhenti, Xiang malah makin terpingkal-pingkal. Dari Ling, ia belajar bahwa cemoohan tidak selalu beracun, seperti yang Feng bersaudara terima sepanjang karier mereka. Kadang, bisa saling mencemooh menunjukkan bahwa benteng antara dua orang telah runtuh, bahwa posisi di Kevin Huo tidak lagi penting. Xiang tahu Tian sudah lumayan akrab dengan Wei, tetapi ia tidak menyangka Tian juga 'cocok' dengan Ling.

Daripada tertawa karena kekonyolan Ling serta Tian, Xiang tertawa lebih karena perasaan hangat yang ditimbulkan 'rukunnya' dua orang kesayangannya.

"Feng Xiang, kau sudah gila apa tertawa terus?" sela Ling kesal. Barulah tawa Xiang mereda—dan ia menoleh ke belakang. Entah untuk keberapa kalinya, Ling tersihir; pipi Xiang merona, mungkin karena kelelahan tertawa ... atau hal lain.

"Daripada mengenalkanmu sebagai rekan dutaku," Xiang berucap dengan sisa tawa, "lebih baik kukenalkan kau sebagai teman A-Tian saja, ya? Habisnya kalian akrab sekali."

"HAH?! MANA SUDI AKU JADI TEMANNYA?!"

Lagi-lagi tanggapan yang bersamaan. Kali ini, Xiang tertawa sampai air matanya keluar.

***

Taksi yang awalnya melaju di kawasan bisnis Fuzhou kini telah mencapai tepi kota. Setelah meninggalkan gedung-gedung tinggi, Ling kini mendapati gang-gang sempit di kanan-kiri jalan. Ia lantas menyadari bahwa rumah masa kecil Feng bersaudara tentunya tidak berada di kawasan mewah Fuzhou jika mengingat betapa bersahaja asal mereka.

Apakah kami masih jauh? Jangan-jangan, rumah orang tua Feng Xiang adalah salah satu dari rumah-rumah yang berdempetan ini?

Di depan, Xiang masih sibuk memeriksa aplikasi peta dan mencocokkannya dengan rute asli. Tian sendiri telah tertidur, padahal sebelumnya sok sekali ingin membantu Xiang mengarahkan sopir mereka. Ling membenahi posisi bantal leher Tian agar tidak jatuh—berhubung si pemuda sudah tidur lumayan miring—lalu mendorong tubuh Tian agar bersandar nyaman ke jok. Setelah itu, ia maju sedikit ke arah Xiang.

"Kita tidak tersesat, kan? Kau fokus ke aplikasi peta terus dari tadi."

"Tidak tersesat, tapi tidak ada salahnya berhati-hati daripada terjebak di rute yang salah," jawab Xiang.

"Kita kan mau ke rumahmu. Masa, sih, kau lupa jalannya?"

Xiang tertawa canggung. "Yah, soalnya kita bukan mau ke rumah masa kecilku, tapi ke rumah baru kami. Asal kau tahu, kami cuma pernah ke sana sekali."

Ling mengerjapkan matanya beberapa kali sambil berpikir. "Kalian beli rumah baru setelah kerja di Kevin Huo? Berapa lama kalian mencicil untuk beli rumah itu?"

"Mungkin kami membelinya setelah setahun, tidak, dua tahun Kak Yang menjabat di direksi? Yang berarti setahun juga aku jadi duta." Xiang mengingat-ingat. "Kami melunasinya langsung, sekalian membayar denda keluarga."

Kevin Huo's ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang