51

6 2 0
                                    

Kaki Ling masih berdenyut-denyut nyeri, tetapi euforia dan keharuan menumpulkan indranya beberapa derajat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kaki Ling masih berdenyut-denyut nyeri, tetapi euforia dan keharuan menumpulkan indranya beberapa derajat. Cengkeramannya pada bagian belakang jubah Xiang memang semula bertujuan untuk mengalihkannya dari rasa sakit; lambat-laun, itu lebih ditujukan untuk menyalurkan buncah perasaannya. Ia kira mustahil bisa mengakhiri show dan mempersembahkan gaun Wei untuk terakhir kalinya dengan kaki terkilir, tetapi Xiang memberinya harapan.

Dari dulu, Xiang selalu memberi Ling harapan.

Kedua desainer membungkuk hormat kepada audiens dan melambaikan tangan mereka. Sesaat kemudian, di luar dugaan, Wei dan Tian menoleh kepada sepasang duta–yang balik menatap mereka bingung. Senyum terkembang perlahan di wajah Wei dan Tian, lantas keduanya bertepuk tangan. Ini mengundang para model pendamping untuk bertepuk tangan pula; tatapan mereka tertuju kepada Ling serta Xiang.

Bintang fashion show pada umumnya adalah sang desainer dan pakaian-pakaian yang dibawakan. Namun, karena dedikasi dan perjuangannya, Ling telah menjadikan dirinya bintang utama, inspirasi gadis-gadis Cina yang ingin cantik dan percaya diri. Wei dan Tian–juga para model pendamping–telah memberikan pengakuan mereka terhadap prestasi Ling hari ini.

Terenyuh, Ling menitikkan air mata lagi, tetapi senyumnya tersungging. Ia menyilangkan tangan di depan dada dan menekuk tubuhnya sedikit berhubung tak bisa membungkuk.

Terima kasih banyak, kalian semua ....

Meskipun berniat cuma menggerakkan badan atasnya, kaki Ling ikut bergerak sedikit dan–sebagai akibatnya–terasa nyeri lagi. Memicing, sang peragawati mencengkeram bagian belakang jubah Xiang tanpa berpaling dari audiens.

"Zhang Ling."

Ling menoleh pada Xiang. Mata pria muda itu tidak lagi berkilauan oleh genangan dangkal air mata–sebab genangan itu telah turun dari pelupuk mata ke pipinya. Paras kharismatik Xiang melembut beberapa derajat ketika bersitatap dengan Ling yang terkejut. Seperti bukan Xiang saja, merusak mekap di depan kamera karena menangis.

Kami masih berada di depan audiens. Jangan sampai air mata Feng Xiang mengganggu penampilannya!

... adalah yang pertama kali terpikirkan oleh Ling, maka ia mencoba menghapus air mata Xiang dengan hati-hati, menggunakan telunjuk. Perempuan itu lantas menyadari apa yang disiratkan air mata Xiang dan jadi cemas. Xiang begitu pandai bermain peran selama ini; perasaan sehebat apa yang membuatnya mengabaikan tuntutan kamera untuk tampil sempurna?

"Feng Xiang, ada apa denganmu?" bisik Ling.

"Kalau kesakitan, katakanlah," tandas Xiang. "Jangan menderita dalam diam, apalagi di dekatku. Kita kembali sekarang; kau harus ke rumah sakit."

Xiang pasti merasakan bagaimana jubahnya dicengkeram Ling sebelum ini. Dari situ, mungkin ia tahu bahwa kaki Ling sudah hampir menyerah. Namun, daripada menderita karena kaki terkilir, Ling sekarang lebih tidak mampu melihat Xiang bersedih karenanya–karena apa pun.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now