39

7 2 0
                                    

"Kamu bilang ingin berfoto di beberapa spot yang ada dalam media sosial kawan-kawanmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu bilang ingin berfoto di beberapa spot yang ada dalam media sosial kawan-kawanmu. Di mana saja itu?"

"Um," ragu-ragu Ling menjawab, "kita sudah berfoto di bawah jalan berpayung kertas, tapi belum di Teater Paviliun Air dan taman-tamannya Xiao Huang Lou. Cuma kalau ke sana, kita akan berpisah dengan Feng Tian dan ayah-ibumu."

"Tidak apa-apa, aku sudah mengirim pesan." Xiang menunjukkan layar ponselnya, membuat Ling terperanjat. Kapan ia mengetik? "Teater Paviliun Air dekat dari sini. Yuk, sebelum ketinggalan penerbangan pulang."

Untuk kesekian kalinya dalam dua hari terakhir, Xiang menggandeng Ling dan berjalan menuntunnya. Meskipun judulnya 'terburu-buru' karena waktu mereka dibatasi jadwal pesawat, Xiang berjalan dengan kalem seakan memberi waktu otak Ling membentuk memori indah di setiap langkah mereka. Bubble tea di satu tangan dan telapak seorang pria di tangan lainnya tampak seperti kencan Ling pada umumnya, tetapi kali ini ia berkali-kali lipat lebih bahagia.

***

Teater Paviliun Air tampak mengambang karena panggung itu dibuat menonjol dibandingkan bangunan utamanya. Biasanya, di sana akan ditampilkan lakon atau tari-tarian tradisional, seperti fungsinya dulu di zaman dinasti Qing, tetapi sepertinya hari ini tidak ada penampilan di sana. Tak masalah; berfoto dengan latar belakang paviliun kuno itu juga sudah cukup memuaskan.

"Tempatnya kelihatan kecil dalam foto teman-temanku. Aslinya luas juga," komentar Ling setelah mengambil foto dan swafoto; ia kini berdiri di luar pagar bata pembatas paviliun dengan area turis. "Mengapa tim kreatif tidak mengambil lokasi ini buat pemotretan? Tempatnya sangat pas dengan konsep koleksi kita."

Xiang mengedikkan bahu. "Mungkin karena tempatnya di Fuzhou. Kau kenal Kak Yang; ia akan menjauhkan tempat yang memungkinkan performaku maupun A-Tian menurun. Tentu saja, Fuzhou termasuk."

Ling mengerutkan kening. "Dia setakut itu kalian tidak disiplin hanya karena bisa pulang kalau syuting di Fuzhou? Orang gila."

"Kok jadi kau yang sewot?" tanya Xiang sambil tertawa. "Kak Yang tidak salah-salah amat. Kunjungan ini seperti menahanku di Fuzhou. Rumah yang hangat, orang tua yang masih begitu menyayangiku, dan segala kenangan dengan keluarga membuatku berat sekali kembali ke Shanghai. Kalau menuruti keinginan begitu, proyek bisa saja terhambat."

Ling memandang Xiang lamat-lamat, lalu menghela napas dalam. Dengan lembut tapi mantap, digenggamnya tangan Xiang.

"Menurutku, Feng Yang salah besar." Ling beropini. "Orang tua kalian bukan cuma penjahit; mereka seniman. Momen-momen bersama mereka yang Feng Yang pikir cuma dapat melemahkan, sebetulnya bisa jadi sumber inspirasi yang tidak disangka-sangka. Selain itu, mengunjungi orang tua seperti ini menggembirakan buatmu dan Feng Tian, kan? Bukankah sebuah pekerjaan lebih mungkin sempurna ketika dilakukan dengan gembira? Apalagi setelah mengetahui bagaimana bangganya orang tuamu dengan proyek Fenghuang, kau pasti akan makin termotivasi.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now