35

9 3 0
                                    

"Meminta restu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Meminta restu. Proyek Fenghuang sudah hampir mencapai puncaknya. Doa Ayah dan Ibu akan melindungi kita sampai puncak itu."

Xiang ternyata tidak bergurau. Ia terdengar sungguh-sungguh di telepon, padahal apa yang dikatakannya sangat konyol, tidak konkret. Bagaimana perjalanan ratusan kilometer bolak-balik Shanghai-Fuzhou akan melancarkan proyek? Bukankah itu justru menimbulkan potensi tertundanya fashion show?

"Aktivitas kita sudah jauh terlambat dari jadwal dan kau masih meminta istirahat?" Yang masih terdengar tenang meskipun emosinya sudah mencapai ubun-ubun. "Ini tidak seperti dirimu, A-Xiang."

"Ini adalah hal yang harusnya sudah kita lakukan sejak lama. Mereka tampak senang ketika aku bilang akan berkunjung—"

"Kau menelepon mereka?" Yang hampir berseru. Apakah si penelepon benar adiknya? Kalau ya, mengapa Xiang yang ini melakukan begitu banyak hal yang menyalahi aturan Yang? "Tidak, kau bilang 'tampak'. Kau melakukan panggilan video."

"Apa yang salah dengan itu?"

Semuanya. Yang mendesah frustrasi.

"Dengar. Aku sudah tahu Zhang Ling membohongiku agar bisa membatalkan salah satu jadwalmu. Pasti dia juga yang mempengaruhimu agar menelepon Ayah dan Ibu, kan? Apa yang kaulakukan, membiarkan kehidupan pribadimu menyela pekerjaan? Lama-lama, kau akan sulit membedakan keduanya dan membiarkan perasaanmu mengacau. Bagaimana jika kau memperpanjang waktu singgahmu di Fuzhou karena ingin berlama-lama bersama Ayah dan Ibu? Apa kaukira perjuangan kita di Kevin Huo sudah selesai?

"Aku masih mengawasimu, Feng Xiang. Tolong, jangan berbuat aneh-aneh setidaknya sampai fashion show selesai."

Mendadak Yang merasa ikatan kardigan di dadanya agak terlalu ketat. Pria itu mengatur napas setelah bicara panjang. Selama ia berusaha mengendalikan kekesalannya, Xiang tidak bicara sepatah kata pun—hanya untuk menjatuhkan bom di penghujung keheningan.

"Kalau begitu, kau tak perlu ikut. A-Tian akan pergi bersamaku. Aku akan kembali dalam 2 x 24 jam."

Yang melotot. Genggamannya mengerat ke ponsel. "Kau tak akan pergi ke mana-mana."

Namun, panggilan terputus sebelum bibir Yang terkatup. Jika tidak menyadari kehadiran sopirnya di jok depan, ia mungkin sudah membanting ponsel ke bangku penumpang. Pada akhirnya, yang ia lakukan hanya meremas ponsel itu.

Kita lihat saja, A-Xiang. Kalau gadis itu membahayakan proyek ini, aku tidak akan segan-segan menghukumnya dengan tanganku sendiri, bahkan jika kau melawan.

***

Fuzhou, ibukota Provinsi Fujian, memang tidak sebesar Shanghai, tetapi area metropolitannya yang berbatasan langsung dengan Sungai Min sama saja sibuknya. Di kawasan bisnis tersebut, pegawai-pegawai kantoran berlalu-lalang di kaki gedung-gedung tinggi, tetapi tak jarang juga muda-mudi berpakaian trendi lewat di antara mereka. Muda-mudi ini melangkah sambil bersenda-gurau dan menenteng tas belanja. Pakaian mereka seringnya senuansa dengan yang ditampilkan billboard mall: pakaian-pakaian modern-oriental yang dikenakan Ling dan Xiang.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now