24

21 2 0
                                    

"Ling! Astaga, apa kau mabuk? Ya ampun, kalau kau menangis begini, matamu bisa bengkak besok! Berhenti, tidak?" tegur Mingmei, dengan susah payah membungkuk pada Xiang sambil berjuang membekuk Ling yang terus meronta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ling! Astaga, apa kau mabuk? Ya ampun, kalau kau menangis begini, matamu bisa bengkak besok! Berhenti, tidak?" tegur Mingmei, dengan susah payah membungkuk pada Xiang sambil berjuang membekuk Ling yang terus meronta. "Saya mewakili agensi minta maaf jika model kami merepotkan Anda, Tuan Feng. Saya akan 'membenahinya' saat kami pulang nanti. Kami permisi."

"Ah, baik." Xiang urung mengutarakan kata-kata yang menggantung di ujung lidah. Alih-alih, ia mengangguk pada Mingmei dan tersenyum tipis. "Mohon bantuannya agar Nona Zhang tidak sedih lagi. Terima kasih banyak, Nona Xu."

Hingga tiba di parkiran, Ling tidak bisa lepas dari cekalan Mingmei, tumben sekali. Barangkali ini karena energinya telah terkuras di latihan runway, juga karena menangis. Sepanjang jalan menuju parkiran itu pula, suara mereka sahut-menyahut; yang satu terus mengomel, yang lain membela diri. Ketika mobil sudah melaju menuju apartemen Ling, perselisihan itu baru berhenti. Ling batuk karena tenggorokannya kering dan Mingmei memberinya sebotol air minum, lalu mereka terjebak dalam keheningan yang canggung. Biasanya memang begini; meski sedang bertengkar, Mingmei akan selalu memperhatikan modelnya, sedangkan bagi Ling, perhatian itu merupakan bentuk kebaikan—yang berlawanan arah dengan pertengkaran mereka.

"Aku akan pakai masker mata nanti biar tidak bengkak." Ling memecah kesunyian sekitar lima ratus meter menuju rumah, lalu berdeham. "Sulit mengendalikan diriku ketika Feng Xiang tampak begitu—kesepian. Lebih-lebih, kehadiranku seperti membebaninya untuk terus berbuat baik padaku biar koleksi Fenghuang sukses. Tapi, uh, ya, aku paham seorang model harus selalu tampil sempurna, jadi—uh, maaf ... Kak Mei."

Mingmei melirik Ling sekilas, lalu kembali fokus ke jalanan. Dia tidak mengatakan apa-apa sampai mobil itu memasuki parkiran bawah tanah apartemen Ling.

"Kau bisa cerita padaku apa yang Feng Xiang ceritakan sampai seperti tadi. Kakimu juga butuh diobati." Suara Mingmei melunak beberapa derajat. "Aku akan menginap."

***

Sejak latihan runway malam itu, Ling belum bertemu Xiang lagi, tetapi satu pesan dari sang peragawan di surel yang terkirim pada malam yang sama mampu membangkitkan semangat Ling berhari-hari. Isinya menyerupai instruksi perawatan diri, lengkap dengan rekomendasi masker mata dan salep kaki. Yang menyulut semangat Ling bukan itu semua, melainkan penutup surat Xiang.

[Tolong jangan menangisi saya atau orang lain lagi. Simpanlah air mata itu untuk kesedihan Nona sendiri nanti. Walaupun begitu, saya lebih ingin Nona Zhang selalu berbahagia sebagaimana Nona membahagiakan saya selama ini.]

Gara-gara surel ini, Ling mencopot label 'beban Xiang' yang disematkannya pada diri sendiri. Meski masih dikritik sana-sini oleh Suzanne, ia bangkit dan berjalan dengan kepercayaan diri yang tidak berkurang sedikit pun. Tidak ia rasakan lagi tatapan meremehkan dari model-model wanita yang lain. Itu entah karena ia terlindung oleh kebanggaannya sebagai duta Fenghuang—atau memang tatapan semacam itu sudah lenyap tertelan kekaguman. Mood Ling sangat baik sepanjang latihan runway sehingga tanpa latihan ekstra pun, ia sanggup mengikis lapis demi lapis kritik Suzanne.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now