48

10 2 0
                                    

Ling tidak mengenal demam panggung selama berkarier sebagai model sampai dirinya berjalan di runway megah Xintiandi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ling tidak mengenal demam panggung selama berkarier sebagai model sampai dirinya berjalan di runway megah Xintiandi. Ini pertama kalinya ia tegang sampai dadanya berdentum-dentum. Berat dari keseluruhan gaun fenghuang yang dikenakannya, juga heels yang tinggi bukan main, sama sekali tidak membantu meredakan kegugupannya. Puncak dari semua itu, badan Ling melimbung di tengah runway, lalu ia jatuh menyamping, ke sebuah jurang tanpa dasar. Degup jantungnya mewujud warna merah, memburai keluar dada.

"Ah!"

Pekikan Ling disertai dengan membukanya matanya, bukan dalam kegelapan jurang, melainkan di ruang ganti model yang bersimbah cahaya putih lampu LED. Sang peragawati mendapati diri berbaring telentang di sofa, dikelilingi dengung panik yang makin lama makin jelas. Sosok para pemilik suara lambat-laun juga makin terang.

Yang pertama kali bisa dikenali Ling–juga yang berada paling dekat dengannya–adalah Xiang. Pria itu memegangi tangan Ling yang sedingin es dan menghapus keringatnya dengan hati-hati menggunakan tangan lain.

"Zhang Ling, kau mimpi buruk?" tanya Xiang, berusaha tampak tenang meskipun napasnya yang memburu tak dapat berdusta. "Butuh sesuatu?"

Tidak langsung menjawab, Ling sedang memilah mana pengalamannya yang nyata dan semu. Runway Xintiandi Hall tidak setinggi itu untuk membuatnya seakan terjun selamanya; kalau jatuh ke samping, ia pasti akan segera membentur lantai, jadi pasti ia tidak terjatuh keluar runway di dunia nyata. Namun, bagian mengenakan gaun fenghuang Wei yang agung, kesulitan berjalannya, dan kejadian jatuh betul-betul terjadi meski tidak persis sama. Setelah rehearsal, ia melakukan monitoring dan hendak mengajukan diri untuk berlatih kembali dengan gaun yang sama ... oh.

Gaun penutup show yang memberi Ling ketegangan ekstra ternyata sudah dilepas. Kini ia cuma mengenakan pakaian longgar dan selimut. Ia tidak ingat mengganti pakaiannya sendiri, tuh?

"Astaga," Ling tertawa, "apa aku barusan pingsan? Itu pingsan pertama dalam hidupku, lho!"

"Jangan tertawa!" Dari sisi lain sofa yang berseberangan dengan Xiang, Wei muncul. Alisnya nyaris bertemu. "Itu tandanya kau sudah terlalu lelah. Kita harus ke rumah sakit!"

"Tidak, kau tidak mengerti." Merasa kuat, Ling hampir mengangkat kepalanya dari bantal yang menyandari sandaran tangan sofa, tetapi kepalanya agak pusing dan ia pun urung bangkit. "Aku cuma merasa luar biasa deg-degan. Mungkin karena terlalu girang dan bersemangat? Debar jantungku menjadi sangat cepat, lalu kepalaku mendadak kosong, tapi sekarang semuanya baik!"

Masih berbaring, Ling mempertemukan telapak tangannya di depan dada dan membuat ekspresi menyesal. "Maaf sudah bikin khawatir! Aku sudah baikan, sungguh, cuma perlu istirahat sebentar sebelum melanjutkan rehearsal."

"Rehearsal-nya sudah selesai," kata Xiang. "Kau bisa pulang dan beristirahat untuk besok."

Bibir Ling membulat; ia kira dress rehearsal berlangsung lebih lama. "Kalian bukannya berhenti karena aku mendadak pingsan, kan?"

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now