42

5 2 0
                                    

"Oi, bangun, Tukang Molor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oi, bangun, Tukang Molor."

Cahaya matahari pagi menyerang mata Ling yang masih tertutup. Siapa pun yang membuka tirai jendela kamarnya semendadak itu benar-benar tidak berperasaan. Sejak dipisahkan dari Xiang, Ling rasanya malas melakukan apa-apa. Misalnya itu wajib pun, maka ia akan menunda pekerjaan selama mungkin, termasuk bangun pagi pada hari kerja.

Masih memejam, Ling menaikkan selimut menutupi muka, tetapi orang yang memasuki kamarnya niat betul membangunkannya. Dalam satu helaan, selimut Ling tersibak dan gadis itu kontan menggulung tubuh. Gagal menghalau dingin yang tiba-tiba ini, Ling pun bangun dan mendapati sang adik sedang memegang selimutnya.

"Sudah jam delapan, tahu," kata Wei sebelum melipat selimut itu.

Ling mengerang, lantas duduk dan mengucek-ngucek mata. Ia menguap lebar-lebar dan lama. Setelah kantuk mulai lenyap dari matanya, ia bergumam.

"Hari ini pun tidak akan bertemu dengan Feng Xiang ganteng yang baik hati ...."

"Kau sangat menjijikkan," sahut Wei. "Bisa tidak, satu pagi saja kau tidak memuja-muja Feng Xiang sambil sok merana begitu?"

"Ini normal. Kau saja yang tidak punya hati; kerja terus, sih." Ling mengulet, merenggangkan sebelah lengannya ke atas. "Makanya, sesekali pacaran dengan orang, bukan sketsa desain."

"Sialan. Aku sudah biasa geli padamu yang lagi kasmaran, tapi kali ini kau bikin merinding. Pacaran juga belum; mengapa sampai sebegitunya sama Feng Xiang?" Membarengi pertanyaannya, Wei melemparkan sebuah majalah gaya hidup ke pangkuan Ling, mengagetkan sang kakak sampai hampir mengumpat. "Kelihatannya, dia tidak punya perasaan yang sama kalau masih berpose sebagus ini setelah kalian dipisahkan."

Begitu melihat sampul majalah, Ling menjerit. Ia dekatkan benda itu ke wajahnya, mengamati baik-baik sosok yang terpampang di sampul.

"YA AMPUN, FENG XIANG TOPLESS?! IDE BRILIAN SIAPA INI?! MENGAPA AKU TIDAK TAHU SAMA SEKALI?!"

Xiang tidak benar-benar bertelanjang dada. Pada sampul majalah itu, ia masih mengenakan blazer hitam panjang berkerah tinggi warna dengan aksen bulu di bahu kiri, tetapi blazer itu tak terkancing dan tak ada pakaian lagi di baliknya. Meskipun terbilang ramping untuk ukuran pria, postur tegap Xiang sempurna, dadanya bidang, dan otot perutnya liat mengilap. Dengan latar kelabu standar pemotretan, sosoknya yang menatap tajam ke kamera dengan kedua telapak tangan bertumpu pada gagang pedang properti langsung merebut seluruh fokus. Sosoknya bagaikan seorang raja penakluk yang tak hanya duduk menghias singgasana, tetapi berani angkat senjata untuk melawan musuh yang coba menyakiti orang-orangnya. Sudah begitu, parut di tangan yang kemarin melindungi Ling terlihat jelas, seakan-akan itu luka yang didapatnya dari pertempuran.

Namun, yang paling mendesirkan darah Ling adalah sehelai bulu merah yang dijepit Xiang di antara telunjuk dan jari tengah. Warnanya sangat kontras dengan nuansa monokrom keseluruhan foto. Ling yakin warna merah itu diperkaya saat penyuntingan foto demi menegaskan suatu pesan.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now