12

9 4 1
                                    

Shooting iklan boleh berakhir, tetapi masih ada pemotretan lookbook—yang berarti Ling harus bermain api beberapa kali lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shooting iklan boleh berakhir, tetapi masih ada pemotretan lookbook—yang berarti Ling harus bermain api beberapa kali lagi. Cain dan timnya sudah mencelupkan tali jerami ke minyak tanah, bagus sekali. Wardrobe assistant mengarahkan Ling untuk berganti outfit; Wei bahkan sudah siap membantu Ling mengenakannya.

"Kau hebat. Kau benar-benar keren," bisik Wei sendu seraya memasangkan sarung tangan kulit pada Ling sebagai pelengkap little black qipao-nya. "Terima kasih banyak dan maafkan aku ... Kakak."

"Si gila. Tidak usah sok terharu dan memanggilku 'Kakak'. Aku melakukan ini bukan untukmu." Ling tertawa miring, mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan isi hati, sebelum menyentil kening Wei. Ia kaget akan betapa goyah suaranya, sisa-sisa napasnya yang terkumpul dari sekeliling sirkuit tadi. "Tapi, tunggu saja, aku akan membakar isi dompetmu nanti di rumah. Dah."

Wei bahkan tidak berusaha untuk menyerang balik, seakan-akan merelakan isi dompetnya betulan demi 'menebus dosa' pada sang kakak. Ling berdeham canggung, merasa candanya gagal memperbaiki situasi, dan berbalik begitu saja menuju ... tali api?

"Idenya adalah ilusi api yang menyala di bawah gaun—"

Mendengar penjelasan sutradara membuat Ling menjerit dalam hati.

Baiklah, terserah, pokoknya segera selesaikan ini!

***

Pukul setengah empat pagi, jadwal akhirnya selesai. Tidak seperti biasanya, Wei menyetiri Ling dan Mingmei ke hotel tempat mereka menginap di Beijing. Dalam mobil, Ling bertanya retoris.

"Mengapa, sih, aku berharap banyak pada pentolan Kevin Huo?"

Wei melirik sekilas sang kakak di samping jok pengemudi. "Jangan mengharapkan apa-apa, makanya."

"Kau bahkan tidak tahu aku sedang membicarakan apa," timpal Ling, berpaling pada Wei dengan lengan bersilang di depan dada.

"Feng Xiang, kan?" Benar; memangnya siapa lagi pentolan Kevin Huo yang mungkin kubicarakan, keluh Ling setelah adiknya menjawab. "Aku tahu aku pernah bilang sifatnya paling baik, dalam artian paling tidak mengintimidasi di antara Feng bersaudara. Bukan berarti kau harus bergantung padanya juga setelah ia berbuat baik padamu satu-dua kali. Menolongnya dalam beberapa kesempatan juga bukan alasanmu untuk 'layak' memperoleh perhatian lebih darinya."

Tepat sasaran. "Kau bisa tidak bicara santai saja? Tidak usah menohok perasaanku begitu?"

Wei bungkam sembari mengetuk-ngetuk kemudi ketika menunggu lampu menghijau di perempatan. Permintaan Ling tadi sepertinya mengingatkannya akan jasa Ling memeragakan desainnya dalam kepungan ketakutan, sesuatu yang membuatnya berutang budi. Ia tidak lagi melancarkan serangan, tetapi mobil jadi beku karena kakak-beradik itu saling mendiamkan, sedangkan Mingmei tertidur di bangku belakang.

"Maaf," gumam Wei tiba-tiba. Alis Ling terangkat, tetapi dia belum sempat mengatakan apa pun ketika Wei melanjutkan, "Kau telah berusaha keras hari ini, jadi ... kupikir aku bisa memberitahumu satu rahasia kecil."

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now