32

16 3 0
                                    

"Bantalku ada obat tidurnya, ya? Kok kau langsung merem," tanya Xiang sekalinya Ling menutup mata lama

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Bantalku ada obat tidurnya, ya? Kok kau langsung merem," tanya Xiang sekalinya Ling menutup mata lama.

"Ini bukan obat tidur lagi, tapi obat bius," gurau Ling, masih enggan membuka mata. Wangi bantal leher Xiang mungkin tak akan seintens itu jika dicium dengan mata terbuka. "Sudah kenyang, sudah ngobrol, tinggal tidur saja. Memangnya kau tidak ingin tidur, Feng Xiang?"

Tidak ada jawaban, tetapi Ling mendengar gemerisik kain baju, bunyi sepatu yang diletakkan di lantai, dan udara di sekitarnya terasa hangat. Ling makin tak berani membuka mata; ia tahu Xiang sudah berbaring di dekatnya.

"Aku ingin, tapi beri campurku belum habis, kan sayang. Bisa tidak, sih, aku tidur sambil makan?"

Ling terkekeh. "Memang orang bisa mengunyah dalam tidur?"

Xiang menidakkan dengan lirih, maka Ling mengira pria itu sudah mendapatkan jawabannya. Namun, beberapa saat kemudian, Ling baru menyadari bahwa ada cara lain 'makan sambil tidur' ... cara yang agaknya terlalu intim buat mereka berdua—yang berstatus cuma teman.

Saking malunya dengan gagasan dalam benak, Ling membuka mata. Dilihatnya Xiang betulan sudah berbaring telentang dengan mata terpejam barang tiga jengkal darinya, berbantalkan ransel.

"Jangan-jangan, kau mau kusuapi?"

Mendengar celetukan Ling yang tak terduga, Xiang tersedak tawanya sendiri sampai terbatuk-batuk sebentar. Ia lantas menutup separuh wajah atas dengan sebelah lengan, tetapi dengan itu pun, Ling masih bisa melihat rona merah di pipi dan telinga Xiang.

"Cuma sepasang kekasih yang bisa melakukan itu."

Kupikir juga begitu—dan aku tidak tahu mengapa aku mengatakannya?!

Ling bersyukur Xiang tidak membuka mata dan melihat raut mukanya yang tak karuan. Masalahnya, wadah beri campur Xiang memang masih terisi separuh. Sebagai orang yang dengan niat menyiapkan buah-buahan itu semalam, Ling merasa lebih sayang kalau buahnya jadi tidak dingin sebelum dimakan. Jadi, menyingkirkan rasa malu dan gugupnya, Ling menyeret kotak beri Xiang dan menempelkan sepotong stroberi ke bibir sang peragawan. Xiang kaget berat sampai menurunkan lengan yang menutup separuh wajahnya demi menatap Ling.

"Jangan berpikir aneh-aneh," kata Ling terbata-bata. "Bukan cuma pacar yang bisa suap-suapan begini. Memangnya kau tidak pernah disuapi ibumu?"

Ling benar, maka Xiang menerima suapannya, berusaha menjaga rautnya tetap netral—dan gagal total. Senyum lebarnya begitu saja merekah setelah menelan buah.

"Terima kasih. Sekarang, aku benar-benar bisa makan sambil tidur."

"Hm," balas Ling pura-pura cuek, kini menyuapkan sebutir bluberi. "Macam bayi saja kau kalau begini."

Tak ada balasan. Kelihatannya Xiang tidak merasa terejek dari caranya menangkap bluberi itu di antara bibirnya, tanpa membuka mata. Dengan saksama, Ling menunggunya menelan, lalu menempelkan buah lain sebagai isyarat bagi Xiang untuk meneruskan makan. Begitu seterusnya sampai isi wadah bekal habis; barulah Ling ingat niatnya semula untuk tidur.

Kevin Huo's ProposalDove le storie prendono vita. Scoprilo ora