1

18.5K 1.2K 57
                                    

Abel menelan postpil yang ia beli setelah sarapan. Ia mendesah lega begitu postpilnya sudah tertelan. Ini sangat merepotkan. Abel tidak seharusnya mabuk.

Ia sudah sangat lama tidak pergi ke kelab malam. Miu sudah tak pernah mengajaknya lagi sejak menikah. Ngomong-ngomong soal Miu, Abel sama sekali tidak menyangka tuan puteri ambekan itu bisa harmonis dengan om-nya yang super tampan nan seksi pula. Walau begitu, Abel turut senang mengetahui jika sahabat super kaya yang merangkap menjadi tante gadunnya sekarang sudah bahagia dengan pasangannya. Juga Sara dan Nessa yang sekarang sibuk dengan kekasihnya masing-masing. Sara akan menikah, Nessa sedang dalam proses lamaran.

Walau senang melihat teman-temannya bahagia, Abel merasa kesepian.

Yah, bagaimana tidak kesepian. Biasanya, Abel selalu hang out dengan ketiga orang itu. Kini, ia sendirian dan tidak punya pacar, atau teman dekat yang lain.

Abel putus dari Aaron enam bulan lalu, move on di bulan ketiga, dan memutuskan untuk kembali hura-hura seperti Abel sebelum Aaron pada bulan keempat. Tiga bulan pertama setelah putus dari Aaron terasa seperti neraka. Dadanya sesak, hatinya sakit dan air mata mengalir begitu saja tiap terpikir sang lelaki. Sekarang, boro-boro sakit hati, Abel saja heran pada dirinya. Kok, bisa ia mencintai lelaki sampai seperti itu?

Kata orang, move on itu sangat sulit. Memang sulit, tapi tidak ada yang menentukan waktunya, 'kan? Buktinya, Abel hanya butuh tiga bulan. Oh, kalau diingat-ingat, Abel juga pernah pacaran lima tahun sewaktu kuliah sampai kerja. Lalu, putus karena diselingkuhi dan move on dalam waktu kurang dari sebulan saja. Mungkin, hal ini karena Abel anak sulung yang kuat? Atau pada dasarnya, cinta tidak akan melukai hatinya lama-lama?

Abel tidak terlalu yakin. Namun, ia senang menyadari bahwa ia tidak menangis lama-lama. Banyak hal menyenangkan di dunia ini, daripada menangisi kisah cintanya yang tragis.

Sambil mengusap rambutnya yang basah karena habis mandi, Abel meluruskan kakinya sejenak di lantai kos. Matanya menatap sekeliling kamarnya yang berantakan. Ia mengerang pelan, memutuskan untuk beranjak bangkit dan berberes kamarnya. Abel sudah janji pada diri sendiri untuk membuang barang pemberian Aaron, supaya tidak dikira belum move on.

Pertama-tama, ia melangkah menuju lemari pakaiannya. Aaron pernah memberi Abel terusan dan tas. Abel akan membuangnya.

"Huh? Kok bahan terusannya bagus banget ya?" Abel mendelik sendiri, menatap terusan warna krem muda polos, berlengan pendek dengan hiasan kancing emas dari dada sampai bagian pahanya. Matanya melirik merknya.

Bottega Venetta.

Oh, Abel tidak akan membuang terusan ini. Ia akan menyimpannya seumur hidup. Peduli apa dirinya jika dianggap belum move on? Ini Bottega Venetta! Abel harus kerja rodi setahun penuh kalau memang ingin membeli terusan ini sendiri.

Ia mengelus bahan terusan itu lembut, menyimpannya lagi ke lemari. Abel juga menemukan setelan jas perempuan yang bahannya sama bagusnya, blus rajut lengan pendek warna putih dan celana panjang cokelat muda yang kualitasnya bagus sekali di antara pakaian kerjanya yang Abel miliki. Dibandingkan dengan yang ia beli sendiri, pemberian Aaron punya kualitas yang lebih hebat.

"Bodo amat, nggak akan gue buang!" gumam Abel, berjongkok untuk mengambil tas-tas yang ia miliki. Ada belasan tas, baik yang ia beli sendiri atau hadiah dari Aaron atau Miu. Kebanyakan hadiah sebenarnya.

No Strings AttachedOn viuen les histories. Descobreix ara