19

7.7K 624 28
                                    

Abel menyewa mobil keesokan harinya karena mereka harus singgah di kontrakan Agam, mengambil beberapa pakaiannya, pergi ke pesta Aaron dan berniat mengunjungi Marsiah di rumah sakit juga. Menyadari jika dirinya butuh kendaraan, Abel mulai memikirkan untuk mencari mobil bekas yang masih layak untuk ia gunakan. Setelah memarkirkan kendaraannya, Abel dan Agam turun dari mobil, masuk ke gedung serbaguna tempat resepsi pernikahan Aaron dilaksanakan.

Pernikahannya tidak terlalu heboh, tetapi tetap mewah dan eksklusif kalau menurut Abel. Tamu undangannya tidak terlalu banyak, hampir sama dengan jumlah tamu undangan yang datang ke pesta pernikahan Miu. Abel menggandeng Agam yang mengenakan kemeja cokelat gelap berlengan panjang dan celana panjang warna putih. Sementara, Abel memutuskan untuk memakai terusan yang diberikan Aaron untuknya.

Abel tidak ada maksud apa-apa saat ia mengenakan terusan itu. Ia tak pernah memakainya selama ini selain saat ia mencobanya pertama kali dan Aaron juga mana mungkin ingat terusan yang ia berikan itu. Ia memakai terusan itu karena warnanya netral dan gampang untuk mencari padanan yang sesuai.

"Kirain nggak akan datang," kata Aaron menjabat tangan Abel yang menatapnya malas.

"Ya."

Aaron tertawa, melirik kepada Lisnia yang mengulum senyum. Perempuan itu juga menjabat tangan Abel dengan ramah. Abel hanya mengangguk dengan senyum formal.

"Agam udah bisa pacaran, ya, sekarang?" ledek Lisnia pada Agam saat lelaki itu memberikan selamat.

Ah, Abel hampir lupa kalau Agam masih punya hubungan keluarga dengan Kanagara. Pemuda itu merona sedikit, membuat Lisnia terkekeh.

"Agam udah dewasa kali, Lis!" sahut Aaron, menyikut lengan Lisnia main-main tetapi menatapnya mesra.

Abel menatap Aaron agak geli, membuat lelaki itu balas menatapnya.

"Kenapa?" tanya Aaron.

"Nggak ada," jawab Abel, sedikit bergidik melihat tingkah berbeda Aaron.

Apa jatuh cinta bisa membuat tingkah orang berbeda? Abel bertanya-tanya apa ia pernah bersikap semenjijikkan itu tanpa sadar saat masih bersama Aaron. Mudah-mudahan tidak karena membayangkannya membuat Abel geli.

"Kok matamu kayak ngeledek gitu?" protes Aaron masih tak terima.

"Ya, memang mata gue kayak gini. Lo mau gimana emang, operasi?" sahut Abel. "Udah ye, gue mau nyari Miu dulu. Selamat buat lo berdua."

"Iya, makasih, Bel." Lisnia yang membalas sambil tersenyum tulus padanya.

Lisnia kelihatan sangat cantik dan anggun, pantas saja Aaron jatuh hati. Abel mengangguk, membalas senyum Lisnia sama tulusnya.

"Nanti waktu lempar bunga, kamu ikutan ya," kata Aaron. "Aidan yang nyuruh, katanya mau ngajak kamu duel rebutan bunga."

Abel langsung mengerutkan kening saat mendengar ucapan Aaron. "Ogah! Yang ada diseruduk Aidan gue!"

Kekehan Aaron kembali terdengar, sementara Abel memutuskan membawa pergi Agam bersamanya. Lelaki itu hanya diam sepanjang percakapan mereka, tidak mau menyambung sama sekali. Sambil membawa Agam menjauh, Abel jadi teringat ucapan Aidan bahwa Agam sangat kaku jika tidak bersamanya. Apa benar demikian?

Sekilas, ia melirik Agam yang memasang wajah datar. Lelaki itu kelihatan kaku dan berbeda di tengah keramaian ini.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Abel lembut, membuat ekspresi Agam langsung berubah.

Ia menatap Abel dengan wajah bingung sambil menggeleng. "Agam nggak apa-apa. Kenapa, Kak Abel?"

"Nggak ada. Soalnya kamu diam aja."

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now