41

7.3K 711 78
                                    

"Lo diserang Agam? Bukan kebalikannya, ya?"

Celetukan asal bunyi dari Miu membuat Abel berdecak dan menatapnya kesal. Setelah menuntaskan pekerjaannya di butik dan kebutuhan biologisnya di rumah, Abel datang menemui Miu di rumahnya untuk menyerahkan laporan penjualan. Sekalian berkonsultasi soal Agam yang jadi liar. Hari masih terang saat Abel datang berkunjung. Kebetulan, Rasen sedang tidak di rumah karena sedang dinas.

Selain Miu, ada Aidan juga yang datang berkunjung untuk menemui keponakannya yang menginjak usia lima tahun. Si kembar yang suka berlarian itu kini sedang tidur siang di kamar mereka yang luasnya mungkin bisa sama dengan ukuran ruang tamu dan dapur Abel di rumah.

"Lo kira gue cewek apaan?" ketus Abel kesal.

"Ya, dari dulu 'kan, kelakuan lo yang paling gatel! Lagian, lo yang pertama narik Agam ke ranjang dulu!" cerocos Miu tanpa filter.

Aidan yang sedang meminum tehnya langsung tersedak mendengar ucapan Miu. Matanya langsung beralih menatap Abel antara takjub dan tak percaya. Lelaki itu kemudian menggeleng pelan.

"Ya itu dulu, Miu! Sekarang beda! Dia kayak... gue nggak bisa jelasin. Tapi, Agam berubah banget. Gue nggak bisa ngehadapin dia kalau dia begini!" balas Abel dengan alis bertaut.

"Ya, terus harus gimana?" sahut Miu tak membantu.

Abel berdecak kesal, mengacak rambutnya sambil melirik pada Aidan. Lelaki itu hanya mengangkat bahu santai.

"Gue udah bilang, dia cuma jinak sama lo. Sadar 'kan, lo, mantan lo itu aslinya gimana?" ujar Aidan ringan. "Lima tahun nggak dikasih jatah, nggak heran dia beringas!"

"Ya, lo 'kan, bos dia! Kasih jadwal work out yang lebih lama kek, apa kek! Seenggaknya, pikiran dia bisa teralihkan!" omel Abel.

"Heh! Lo kira, gue nggak ngasih jadwal work out? Lo kira badannya bisa kekar begitu karena apa? Dia malah gila work out selama ini! Waktunya abis di gym doang!" Aidan balas mengomel. "Ya kalau dia sampai beringas gitu, artinya ya, lo nikahin! Minimal, kasih apa yang dia mau."

"Yang dimau sama Agam tuh, badannya Abel lah. Ya, bukan cuma badan sih, dia pokoknya mau Abel. Kelihatan kok, dari kita di lapangan tenis kemarin," sambar Miu. "Mampus sih, lo! Rasain tuh digerayangin brondong. Gaya-gayaan pre-marital seks sih! Sekalinya brondong lo nggak dapet asupan, ya gitu."

"Takut banget yang udah pengalaman!" desis Abel setengah mencibir.

Ia menghela napas, melirik Aidan yang tertawa santai.

"Lo jangan ketawa, Kak! Kurung si Agam, atau jangan biarin datang lagi ke Reverie!" gerutu Abel

"Heh, enak aja lo ngomong! Bisnis ya bisnis! Ya kali, Agam nggak datang lagi! Itu anak bisa jadi noise marketing bisnis gue tanpa harus keluar banyak duit!" protes Miu tak terima.

"Kalau dia kena rumor nggak jelas, mau lo tanggung jawab? Atau kalau dia dikejar-kejar wartawan sampai tabrakan kayak waktu itu, mau lo urusin?" Abel menatap Miu kesal.

"Kalau Agam kena rumor dengan posisi dia sekarang sih harusnya nggak masalah ya. Fanbase dia udah gede. Umurnya juga emang udah umur wajar buat punya pasangan. Lagian, kalau sekarang, nggak akan ada lagi wartawan yang berani ngejar-ngejar Agam kayak dulu sejak agensi gue nuntut semua yang terlibat waktu itu," kata Aidan menjelaskan.

"Tuh, lo denger kata Kakak gue!" ketus Miu sewot.

Abel berdecak. "Iya, tapi-"

"Gue nggak bisa larang-larang dia lagi, Bel. Kalau dia ngejar lo, ya itu urusan dia. Posisi kami-kami ini sekarang cuma penonton. Ya, lo terima aja dimangsa sama Agam. Hehe."

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now