29

6.4K 659 26
                                    

Selama Agam mendapat liburan, lelaki itu menyibukkan dirinya untuk mengurusi Marsiah, lalu tinggal di rumah Abel dan jika sempat, mereka akan jalan-jalan di malam hari untuk berburu jajanan. Abel akan mengendarai mobil baru yang diberikan oleh Miu dan membawa Agam ke Lapangan Jajan. Kadang, Agam yang mengendarai mobilnya, membawa Abel menuju lokasi-lokasi yang Abel tak tahu, entah itu di bukit kecil yang ada di sekitar kota, ujung sungai yang jarang dikunjungi, tetapi sangat indah, atau ke pantai yang paling dekat dengan kota Parama.

Seperti malam ini, Agam membawa Abel ke pantai, memarkirkan mobil di tepi pantai dengan jendela terbuka sambil menikmati batagor dan es teh manis yang Abel beli dari lapangan jajan. Lantunan lagu pop yang menemani malam mereka, diikuti suara debur ombak dan angin yang beradu. Mereka tidak bisa melihat pantai dengan jelas, tetapi suara deburan ombaknya cukup membuat keduanya merasa puas.

"Aku lihat akun fans kamu," ujar Abel sambil mengunyah.

"Yang mana?" tanya Agam.

"GamRina," jawab Abel santai, membuat Agam meliriknya dengan wajah seakan tak suka.

"Di-report nggak?"

Pertanyaan Agam membuat Abel tertawa. "Yang bener aja kamu, Gam! Masa aku nge-report akun fans kamu?"

"Itu bukan akun fans, tapi akun fitnah. Agam nggak mau dijodoh-jodohin sama perempuan itu, ya!" Alis Agam menukik, kelihatan tidak bersahabat. "Dia berani bilang Kak Abel nggak pernah ada buat Agam! Kayak kenal aja sama Kak Abel!"

Abel melirik Agam, terkikik sambil mengelus rambutnya. "Jangan marah-marah, ih. Nanti cepet keriput, loh."

"Ya, habisnya Agam kesal sama orang itu, Kak Abel! Untung syutingnya udah kelar, jadi Agam nggak usah ketemu dia! Ini dia nge-spam chat ke Agam. Ganggu banget!" Agam bersungut-sungut.

"Emang dia ngapain sampai kamu kesal gini?"

"Dia kemarin sewot sendiri karena Agam buru-buru mau pulang buat nemuin Kak Abel. Terus kemarin-kemarinnya lagi, dia masang foto candid Agam di snapgram-nya! Agam nggak suka! Mana sekarang, Agam belum punya manajer tetap. Jadinya yang ngurus Agam di lokasi syuting kalau bukan kru, kadang Kak Aidan yang datang," cerita Agam.

"Aduh, kasihan!" tanggap Abel, menepuk-nepuk pipi Agam sayang. "Mau aku marahin aja Karinanya?"

Abel hanya bercanda. Ia mengucapkan itu untuk menenangkan Agam yang berapi-api saat menceritakan perempuan itu. Namun, Agam malah mengangguk penuh semangat.

"Marahin! Biar dia nggak sembarangan ngatain Kak Abel lagi!" balas Agam.

"Nggak jadi, ah." Abel tersenyum menggoda Agam. "Masa aku ngatain sesama cewek, Gam?"

"Dia aja bisa-bisanya ngatain Kak Abel. Padahal kenal juga nggak!" cibir Agam.

"Udah, biarin aja. Kamu jangan emosi. Kalau kepancing emosinya, berarti kamu kalah dong sama dia," hibur Abel. "Dia begitu 'kan, tujuannya buat cari perhatian kamu. Kalau kamu emosi, terus marah-marah ke dia, berarti dia dapet perhatianmu."

Bibir Agam manyun, membenarkan ucapan Abel, tetapi tidak rela jika harus berdiam saja jika Karina menyebut nama Abel dengan mulut kotornya. Yah, lelaki itu sudah telanjur sangat tidak menyukai Karina karena sikapnya. Karina benar-benar tidak punya kesempatan. Abel tertawa melihat reaksi Agam.

"Sebenarnya, aku bawa nama Karina bukan mau buat kamu kesal. Cuma, aku lihat akun gosip yang baru, ngejodoh-jodohin kamu sama Karina yang sebelum-sebelumnya," kata Abel memberi tahu. "Aku agak khawatir aja, tapi melihat reaksi kamu, aku jadi ngerasa bodoh."

"Nggak, kok! Wajar kalau Kak Abel khawatir. Agam juga pasti khawatir seandainya Kak Abel ada di posisi Agam. Tapi, Agam lebih merasa berterima kasih karena Kak Abel milih buat ngomong sama Agam daripada diam, terus nanti-nantinya malah jadi beban pikiran," jawab Agam.

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now