24

6.6K 615 46
                                    

Seperti yang Abel duga, giliran Aidan yang jadi topik buruan gosip setelah Agam. Kini yang tampil di internet adalah foto dirinya dengan Abel yang sedang bicara serius. Karena fotonya tidak kelihatan mesra, banyak komentar yang mengatakan jika keduanya sedang membicarakan pekerjaan.

Penggemar Aidan juga banyak meninggalkan komentar di bawa fotonya dan Aidan yang beredar. Rata-rata menyatakan bahwa Abel adalah teman lama Aidan karena sebelum foto ini, Abel dan Aidan sudah pernah tertangkap kamera nongkrong bersama saat status Abel masih kekasih Aaron. Gosip Aidan dan Agam mereda, lenyap begitu saja.

Hanya Agam yang mencak-mencak tak terima karena Aidan menemui kekasihnya. Ingin menemui Abel, tetapi dirinya masih harus syuting film. Menanyakan kepada Abel alasannya bertemu dengan Aidan juga tetap tidak membuat Agam mendapat jawaban. Daripada cemburu, Agam khawatir jika Aidan meminta Abel supaya menjauhinya. Soalnya, Abel sangat menjaga jaraknya dengan Agam. Teleponnya juga semakin jarang dijawab meski Abel masih selalu membalas pesannya.

"Kakak ngomong apa sama Kak Abel? Kenapa dia jarang angkat teleponku sekarang?"

Aidan menatap Agam yang banjir keringat. Pemuda itu terengah-engah, kelihatan jengkel, putus asa, dan gelisah. Semuanya bercampur menjadi satu dan Agam sama sekali tidak menyembunyikannya. Ah, rasanya Aidan harusnya datang nanti saja saat Abel sudah selesai berkunjung. Agam jadi sensitif sekali karena tidak bertemu Abel. Lebih dari itu, Aidan tahu Agam uring-uringan karena takut diputusi oleh Abel dengan alasan supaya dirinya fokus berkarir.

"Kagak ada ngomong apa-apa, dibilangin lo!" omel Aidan, bersandar di tiang chest press sambil memasang wajah jengkel.

"Terus ngapain ketemu sama Kak Abel?" Kening Agam berkerut-kerut, wajahnya kelihatan garang sekali.

Pemuda itu sangat berapi-api, selain karena merasa was-was, Aidan yakin Agam sensitif karena kerinduannya pada Abel tidak terpenuhi. Harusnya, Aidan paksa saja Abel menikahi Agam supaya lelaki itu jinak. Sayangnya, Aidan tidak punya hak memaksakan hubungan orang.

"Astaga! Gue nggak minat sama Abel, Gam! Lo sensian banget, belum dapet susu apa gimana?" balas Aidan setengah menyindir membuat Agam tutup mulut.

Pemuda itu berbalik menuju leg press machine dan mulai mengangkat bebannya dengan kaki secara perlahan. Aidan mendengkus, antara geli dan jengkel. Agam jadi rewel karena diabaikan oleh Abel, tetapi tetap dengan patuh mengikuti semua jadwal yang Aidan berikan. Tentu alasannya karena Abel. Kalau bukan karena perempuan itu yang menasehatinya, Agam pasti sudah kabur dan menemui perempuan itu sekarang.

"Lagian, lo jangan nggak sabaran gitu. Abel pasti nyamperin lo kalau udah sempet," celetuk Aidan. "Dia lagi sibuk sekarang, kayaknya dia bakalan naik jabatan, tapi masih belum pasti."

Mata Agam langsung berkilat tak suka mendengar pemberitahuan dari Aidan. Kenapa Aidan yang tahu duluan bukan dirinya? Aidan berdecak lagi.

"Astaga! Gue tahu karena gue nasabahnya Abel di Bank Index!" omel Aidan, jengkel juga karena seakan diperlakukan sebagai lelaki perebut kekasih orang oleh Agam.

Agam menyelesaikan angkat bebannya, duduk di leg press machine sambil menatap Aidan dengan alis bertaut. "Kalau begitu, aku juga mau punya rekening di situ."

Tabungan Agam sudah banyak. Gajinya setelah menjadi model di mana-mana sudah cukup untuk membeli rumah dengan cicilan. Namun, Agam harus mengumpulkan lebih banyak. Tujuan Agam, ia ingin lebih baik dari Aaron, atau Aidan. Ia akan lebih dari keduanya dan membahagiakan Abel dengan dirinya dan uang yang ia dapat.

"Iya, nanti gue ajak ke situ!" sahut Aidan dengan nada menggerutu. "Lo kalau nggak ada Abel ngomongnya ketus banget, giliran ada dia, 'Agam duluan ya' atau nggak, 'Agam mau ini, mau itu'!" Aidan meniru gaya bicara Agam yang manis, tapi hanya saat ada Abel.

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now