20

8.8K 647 36
                                    

Agam akhirnya berhenti bekerja sebagai ART Miu setelah pemotretan pertama untuk majalahnya. Lelaki itu tinggal di apartemen milik Aidan yang berlokasi sama dengan apartemen Miu yang dulu. Ia pindah ke sana karena fasilitas gym yang tersedia di sana, juga masalah keamanan karena sejak wajah Agam di-upload di sosmed milik agensi Aidan, lelaki itu mulai punya fans yang jumlahnya sudah mencapai ribuan. Padahal, majalah dengan cover wajah Agam masih belum terbit.

Karena hal itu, Abel jadi kesulitan untuk menemui Agam. Lelaki itu juga tidak bisa sembarangan datang ke rumahnya lagi untuk mencegah gosip murahan yang muncul. Meski begitu, barang-barang Agam masih dibiarkan berada di rumah Abel. Ia masih kekeuh akan tetap datang dan menginap diam-diam di sana jika ada kesempatan. Padahal saat ini, ia sibuk ikut runway. Aidan bahkan sudah mengirimnya ke Paris runway, membuatnya jadi semakin terkenal.

Karena kesibukan Agam, ia juga hampir tidak bisa bertemu dengan neneknya, membuat Abel memutuskan untuk menggantikan Agam mengunjunginya setiap dua hari sekali. Tiga bulan berlalu lagi. Abel baru tiga kali bertemu Agam sejak tiga bulan terakhir. Tenggang waktu masa pendekatan mereka sudah berakhir. Agam mulai menuntut kejelasan hubungan, dan Abel masih memilih untuk menikmati hubungan mereka yang sekarang ini. Sejujurnya, itu membuat Abel pusing.

Abel mulai menyukai Agam, belum sampai pada tahap cinta, tetapi menyayangi iya. Ia sayang Agam, tetapi belum siap untuk serius. Perasaan sayang itu membebani Abel, karena ia tahu perasaannya bisa saja menghambat karir Agam yang mulai naik saat ini.

"Bel?"

Abel mengerjap, tersadar jika dirinya sedang bertelepon dengan ibunya. "Apa Bu? Abel lagi ngecek harga minyak goreng tadi."

Tidak sepenuhnya bohong, karena saat ini Abel sedang berbelanja di supermarket dekat perumahannya. Barang-barang kebutuhan pokoknya habis, membuatnya harus berbelanja dan mengisi kembali persediaannya untuk bulan ini.

"Ibu nanya, kamu kapan mau nikah? Katanya teman-temanmu udah pada mau nikah semua?"

Abel masih 26 tahun, 27 tahun tanggal 13 Februari tahun depan yang berarti lima bulan lagi. Kalau di kota, usianya tergolong masih muda untuk menikah. Tetapi, di kampungnya, ia harusnya sudah menggendong sepasang anak. Abel menghela napas, mendorong trolinya menuju rak pembalut.

"Aku masih 26 tahun, Bu. Jangan disamain sama anak Bu Erna di kampung," ujar Abel seraya meletakkan dua bungkus pembalut ke dalam troli.

"Ibu bukannya mau nguber kamu, cuma ya, minimal kenalin pacarmu lah, sama Ayah sama Ibu! Adikmu aja biar di kampung udah punya pacar."

Abel meringis masam. Ia tidak pernah menceritakan soal kehidupan asmaranya pada sang ibu selama merantau di kota Parama. Ia mendorong trolinya meninggalkan rak pembalut.

"Abel sibuk kerja, Bu. Nggak ada cowok yang suka sama Abel sekarang." Ia melewati rak kondom, mengambil dua kotak dengan label original dan melemparkannya ke dalam troli.

Ucapannya di telepon berkebalikan sekali dengan tindakannya sekarang.

"Kamu 'kan, primadona di kampung! Kok bisa, nggak ada yang suka sama kamu?"

"Seleranya orang kota beda, Bu!"

Abel mendorong trolinya lagi, mengambil pelembut pakaian dengan alis terangkat. Sedang promo ternyata. Abel tersenyum tipis dan mengambil dua bungkus. Beli dua gratis satu.

"Jangan-jangan, kamu aja yang terlalu milih?"

Tidak ada jawaban. Abel bukannya pemilih, ia hanya belum siap untuk tanggung jawab sebesar pernikahan. Namun, dirinya sudah melakukan hal yang sepantasnya dilakukan pasangan menikah dengan Agam. Kalau ketahuan, Abel tahu ia akan dalam masalah.

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now