31

6.4K 616 47
                                    

"Kamu dari kemarin nggak mau jawab chat Ibu! Ditelepon juga sok sibuk!"

Abel meringis mendengar omelan ibunya. Satu tangannya sibuk membuatkan nasi goreng untuk Agam. Sementara, lelaki itu duduk di meja makan, menatap Abel yang memasang wajah masam sambil memasak. Agam tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya Abel, tetapi ia bisa menebak jika Abel sedang dimarahi dari ekspresinya.

"Aku sibuk, Bu. Lagian, itu cuma foto di internet. Agam Pangestunya juga udah nuntut Karina atas pencemaran nama baik, 'kan? Artinya yang di internet, semuanya nggak bener."

Ini adalah hari kedua sejak kecelakaan mobil yang Agam alami. Agensinya sudah mengeluarkan pernyataan yang membantah pengakuan Karina mengenai dirinya sebagai kekasih Agam yang diselingkuhi. Juga, tuntutan pencemaran nama baik dari agensi Agam juga sudah dilayangkan kepada Karina. Tidak hanya itu, Abel juga melakukan hal yang sama.

Karina pasti sedang kelimpungan saat ini karena dituntut dua orang sekaligus dengan backing keluarga Adistya. Yah, walau sebenarnya, Abel lebih ingin mendatangi agensi Karina dan merobek-robek wajahnya.

"Iya, Ibu udah baca! Yang bikin Ibu kesel, kenapa kamu nggak angkat telepon loh! Bikin khawatir aja!"

"Iya, maaf Bu. Abel beneran sibuk."

Ibunya berdecih di seberang. "Terus, kamu sama artis itu beneran pacaran?"

Agensi Agam tidak memberi pernyataan jelas mengenai hubungan mereka, hanya mengklarifikasi pernyataan yang Karina buat. Klarifikiasi itu cukup untuk membuat foto Abel bersama Agam tenggelam dari internet. Kini, Karinalah yang menjadi topik utama di seluruh pencarian internet. Yah, orang-orang dengan cepat melupakan tentang dirinya. Padahal, ia sudah dihujat habis-habisan kemarin.

Abel menghela napasnya, merasa berat ingin menjawab.

"Bel?"

Perempuan itu menelan ludah kasar, mematikan kompornya sambil melirik Agam yang sedang mengamatinya. Abel bersyukur ia tidak menyalakan loudspeaker. Jadinya, Agam tidak tahu apa yang sedang ia bicarakan dengan ibunya.

"Nggak seperti yang Ibu pikirkan," jawab Abel akhirnya dengan nada sumbang.

"Padahal, Ibu udah senang kalau dapat mantu artis."

"Aku belum mau nikah, Bu. Umurku baru 27 tahun."

"Kamu udah 30 nggak lama lagi, jangan nunda-nunda! Adikmu bilang dia mau nikah antara tahun ini atau tahun depan."

"Buru-buru amat?"

"Apanya yang buru-buru? Dia memang sudah cukup umur buat nikah!"

Abel tidak menyahut. Lantas, ia mendengkus pelan.

"Kalau dia mau nikah ya udah, Aku nggak mau komentar apa-apa. Lagian, aku udah bilang sama Ibu kalau aku masih fokus karir."

"Fokus karir, 'kan bisa sambil nikah, Bel!"

"Bu, kalau Ibu ngomel-ngomel soal nikah, aku matiin aja teleponnya, ya?"

Abel mendengar ibunya berdecak kesal. Tangannya dengan lincah memindahkan nasi goreng ke piring, tetapi ia terkesiap pelan saat pergelangan tangannya tanpa sengaja menyentuh kuali yang masih panas.

"Kak Abel nggak apa-apa?" Agam langsung bangkit, mendekati Abel dan menarik tangannya. "Sini, Agam cuci tangannya!"

"Kamu lagi sama cowok? Itu siapa?"

Abel langsung merasa panik. Tidak, ia tidak bisa mengenalkan Agam pada ibunya sekarang juga. Sementara, Agam saat ini sangat fokus untuk menyiram pergelangan tangan Abel dengan air. Wajahnya kelihatan cemas. Melihat wajah Agam, Abel memilih untuk menenangkannya lebih dulu.

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now